Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
LJUBLJANA. Pemerintahan Slovenia yang baru berumur enam hari menghadapi tuntutan genting saat ini. Yaitu, mempersiapkan strategi untuk mencegah perekonomian negara tersebut menjadi lahan pertempuran bailout euro selanjutnya.
Menurut Bank Sentral Slovenia, kemarin (26/3), Kabinet Perdana Menteri Alenka Bratusek harus bertindak cepat dalam menghasilkan strategi untuk menyelamatkan perbankan di negara tersebut.
Sebelumnya, Badan Moneter Internasional (IMF) menyebut, mantan negara Yugoslavia ini setidaknya membutuhkan pendanaan sekitar 3 miliar euro atau US$ 3,9 miliar pada tahun ini. Sementara, perbankan Slovenia membutukan dana segar untuk modal kerja senilai 1 miliar euro.
Sekadar mengingatkan, saat ini negara-negara anggota Eropa tengah menghadapi cobaan berat dalam perekonomian mereka. Sejumlah negara terpaksa mendapatkan suntikan dana segar agar perekonomian mereka tidak kolaps. Sebut saja Yunani, Portugal, Irlandia, Spanyol, dan yang terakhir Siprus.
Nah, belakangan, Slovenia juga menunjukkan gejala yang sama. Salah satu bank terbesar di negara tersebut, yakni Nova Ljubljanska Banka d.d saat ini tengah berupaya keras untuk mengatasi tingginya kredit macet yang setara dengan seperlima dari output perekonomian Slovenia. Kondisi ini yang lantas memicu kecemasan investor bahwa Slovenia akan menjadi negara berikutnya yang akan memohon bantuan bailout.
"Jika pemerintah mulai mengimplementasikan strateginya, maka pada akhirnya, mereka dapat menghindari permohonan bailout kepada Uni Eropa. Namun, jika mereka tidak melakukan apapun, saya rasa akan terjadi krisis Slovenia dalam beberapa bulan ke depan," jelas Lutz Roehmeyer, fund manager Landesbank Berlin Investment.