kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.450   0,00   0,00%
  • IDX 6.832   16,22   0,24%
  • KOMPAS100 991   5,82   0,59%
  • LQ45 767   3,97   0,52%
  • ISSI 217   0,70   0,32%
  • IDX30 399   1,92   0,48%
  • IDXHIDIV20 473   -0,50   -0,11%
  • IDX80 112   0,65   0,59%
  • IDXV30 115   0,56   0,49%
  • IDXQ30 131   0,39   0,30%

Siapa Paus Berikutnya? Para Kardinal Masih Belum Memiliki Gambaran Jelas


Senin, 05 Mei 2025 / 18:47 WIB
Siapa Paus Berikutnya? Para Kardinal Masih Belum Memiliki Gambaran Jelas
ILUSTRASI. Uskup Agung Gualtiero Bassetti menghadiri Misa Pemakaman untuk Paus Fransiskus pada hari keenam dari Novendiali (sembilan hari berkabung setelah pemakaman Paus) di Basilika Santo Petrus di Vatikan, 1 Mei 2025.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - VATIKAN. Para kardinal Katolik yang akan mengikuti konklaf pada Rabu (7/5/2025) mendatang untuk memilih paus baru mengaku belum memiliki gambaran pasti mengenai siapa yang akan menggantikan Paus Fransiskus. 

Beberapa dari mereka menyatakan bahwa pidato-pidato yang disampaikan dalam pertemuan minggu ini bisa menjadi faktor penentu dalam proses pemilihan.

Sebanyak 133 kardinal telah mengadakan pertemuan hampir setiap hari guna membahas berbagai tantangan yang dihadapi Gereja Katolik, yang memiliki 1,4 miliar pengikut di seluruh dunia. 

Diskusi ini dilakukan menjelang konklaf, di mana para kardinal akan diisolasi di sebuah hotel dan dilarang berkomunikasi dengan dunia luar.

Baca Juga: Menanti Putihnya Asap Vatikan: Siapa Paus Selanjutnya?

Beberapa nama, seperti Kardinal Pietro Parolin dari Italia dan Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina, disebut-sebut sebagai kandidat kuat. Namun demikian, banyak kardinal pemilih yang mengaku belum menetapkan pilihan.

"Daftar saya berubah, dan saya pikir akan terus berubah selama beberapa hari ke depan," ujar Kardinal Vincent Nichols dari Inggris kepada Reuters. "Ini adalah proses yang bagi saya masih jauh dari selesai, jauh dari selesai."

Dalam sesi yang disebut "general congregations", para kardinal diberi kesempatan menyampaikan pidato untuk mengutarakan pandangan mereka mengenai masa depan Gereja Katolik. 

Pada konklaf tahun 2013, Kardinal Jorge Mario Bergoglio dari Argentina menyampaikan pidato yang dilaporkan mengesankan banyak rekan kardinal. Beberapa hari kemudian, ia terpilih sebagai Paus Fransiskus.

Kardinal Nichols, yang merupakan pemimpin tertinggi Gereja Katolik di Inggris dan Wales, menegaskan bahwa pidato-pidato kali ini kembali memainkan peran penting dalam membentuk opini.

Baca Juga: Ribuan Umat Penuhi Vatikan, Dunia Bersiap Sambut Paus Baru

"Akan ada saat-saat seperti batu yang dijatuhkan ke kolam dan riak-riak akan hilang dan saya akan duduk di sana sambil berpikir, 'Ah, ya, itu penting,'" ujarnya.

Ketika ditanya apakah sudah ada calon paus yang lebih menonjol, ia menjawab, "Saya datang dengan beberapa ide ... (dan) ide-ide itu telah berubah."

Sementara itu, Kardinal William Goh Seng Chye, Uskup Agung Singapura, menyampaikan kepada surat kabar Il Messaggero bahwa ia pun belum memiliki bayangan siapa yang akan terpilih. 

"Mungkin tampak aneh, tetapi kami benar-benar tidak tahu," katanya. "Kami belum mulai memberikan suara, jadi kami tidak tahu. Permainan masih berlangsung."

Persiapan dan Proses Pemungutan Suara

Para kardinal dijadwalkan menghadiri dua sesi pra-konklaf pada Senin dan setidaknya satu sesi tambahan pada Selasa. Konklaf akan resmi dimulai pada Rabu pagi dengan perayaan Misa khusus di Basilika Santo Petrus.

Pada sore harinya, para kardinal akan berarak menuju Kapel Sistina, ruang ibadah abad ke-15 yang dihiasi lukisan dinding karya Michelangelo—untuk mulai memberikan suara.

Pada hari pertama, akan dilakukan satu pemungutan suara. Jika belum diperoleh hasil, pada hari-hari berikutnya akan dilakukan dua pemungutan suara pada pagi dan sore hari. Dibutuhkan suara mayoritas dua pertiga untuk memilih paus baru.

Baca Juga: Linimasa: Kehidupan dan Masa-Masa Penting Paus Fransiskus

Jika setelah tiga hari belum diperoleh hasil, maka akan dilakukan "jeda doa" selama satu hari sebelum pemungutan dilanjutkan.

Satu-satunya sinyal kepada dunia luar mengenai hasil pemungutan suara akan terlihat dari asap yang keluar dari cerobong Kapel Sistina. Surat suara akan dibakar dengan bahan kimia tertentu untuk menghasilkan asap hitam bila belum ada hasil atau putih jika paus baru telah terpilih.

Kardinal Fernando Filoni dari Italia, yang sedang mengikuti konklaf keduanya, memperkirakan bahwa pemungutan suara pertama tidak akan langsung menentukan hasil. 

"Dua pemungutan suara pertama adalah untuk orientasi, kemudian kita mulai menyimpulkan semuanya," ujarnya kepada surat kabar Corriere della Sera.

Baca Juga: Paus Fransiskus Berjuang Melawan Pneumonia dan Rumor Pengunduran Diri

Ia juga menekankan pentingnya interaksi sosial di Wisma Santa Marta, tempat para kardinal tinggal selama konklaf. "Ketika kita memilih, kita tidak berbicara, tetapi setelah itu kita makan bersama, hidup bersama, dan bertukar pendapat," katanya.

Selanjutnya: Kinerja CPIN-JPFA Positif pada Awal Tahun 2025, Cek Prospek dan Rekomendasi Sahamnya

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (6/5): Cerah hingga Diguyur Hujan Ringan



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×