Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Singapura mulai memungut biaya pengunjung untuk perawatan virus corona. Pemerintah Singapura mengambil keputusan ini setelah melaporkan infeksi impor baru yang melibatkan orang-orang yang telah melakukan perjalanan dari Indonesia.
Indonesia, negara terpadat keempat di dunia, melaporkan kasus virus pertamanya awal bulan ini dan secara resmi hanya memiliki 19 infeksi dibandingkan 160 di Singapura. Para ahli penyakit telah mempertanyakan berapa banyak kasus yang tidak terdiagnosis di Indonesia.
Langkah-langkah baru Singapura yang diumumkan Senin malam ini mulai berlaku pada 7 Maret, ketika pihak berwenang mengatakan dua pelancong Indonesia yang memiliki gejala virus corona tiba di Singapura.
Keduanya pernah melaporkan gejala virus corona di Indonesia sebelum tiba di Singapura. Satu orang sebelumnya mencari perawatan di rumah sakit di Jakarta.
Kasus lain melibatkan seorang warga Singapura yang mengunjungi saudara perempuannya di Indonesia yang menderita pneumonia.
Baca Juga: Batuk dan sesak napas sepulang umrah, dua warga Kulon Progo diisolasi
Kementerian Kesehatan Singapura tidak mengatakan apakah sikap baru tentang pembayaran untuk perawatan ini terkait dengan kasus-kasus tertentu.
"Mengingat meningkatnya jumlah infeksi Covid-19 secara global, dan peningkatan yang diperkirakan dalam jumlah kasus yang dikonfirmasi di Singapura, kami perlu memprioritaskan sumber daya di rumahsakit umum kami," kata Kementerian Kesehatan dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters.
Orang asing yang merupakan pemegang izin kunjungan jangka pendek yang mencari pengobatan untuk Covid-19 di Singapura perlu membayar. Tapi tes untuk virus tetap gratis.
Pengobatan infeksi pernapasan parah di rumahsakit umum Singapura biasanya menelan biaya antara S$ 6.000-S$ 8.000 atau setara Rp 62,38 juta hingga Rp 83,18 juta (dengan kurs Rp 10.397 per dolar Singapura), menurut situs web Departemen Kesehatan.
Baca Juga: Satu lagi WNI positif virus corona di Singapura, alami gejala di Jakarta
Dari 33 kasus impor yang dilaporkan oleh Singapura hingga saat ini, 24 melibatkan perjalanan ke China - tempat virus pertama kali muncul akhir tahun lalu - tiga ke Indonesia dan yang lainnya ke Italia, Inggris, Prancis dan Jerman.
Singapura juga telah menetapkan bahwa beberapa kasus lokalnya memiliki sejarah perjalanan ke Indonesia.
Para peneliti di Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard T.H. Chan, di Amerika Serikat, mengatakan dalam sebuah penelitian bulan lalu bahwa kurangnya kasus yang dikonfirmasi di Indonesia pada waktu itu, "Mungkin menunjukkan potensi kasus yang tidak terdeteksi," mendesak pihak berwenang Indonesia untuk memperkuat pengawasan dan pengendalian wabah.
"Apakah mereka (Indonesia) beruntung atau mereka tidak menemukan kasus? Agak sulit dikatakan ... tapi itu pasti membuat orang bertanya-tanya," kata Dale Fisher, pakar penyakit berbasis di Singapura yang mengetuai Global Outbreak Alert and Response Network yang dikoordinasikan oleh WHO.