Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertemuan darurat negara-negara Arab dan Muslim di Doha, Qatar, pada Senin lalu menghasilkan pernyataan tegas solidaritas terhadap Qatar serta kecaman keras atas serangan udara Israel yang menghantam ibu kota Qatar.
Serangan itu menewaskan sedikitnya enam orang, termasuk tokoh senior Hamas yang tengah membahas proposal gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat dan Mesir.
KTT gabungan yang mempertemukan Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ini dihadiri hampir 60 negara anggota. Para pemimpin menegaskan bahwa pertemuan tersebut menjadi momentum penting untuk menunjukkan kesatuan sikap menghadapi eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pidato dan Sikap Para Pemimpin
Qatar
Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani menyebut serangan itu sebagai “pengkhianatan” dan menuduh Israel berusaha menggagalkan negosiasi gencatan senjata. Ia mempertanyakan bagaimana Israel bisa mengklaim ingin membebaskan sandera, tetapi justru membunuh para negosiator.
Turki
Presiden Recep Tayyip Erdogan menuduh Israel mewakili “mentalitas teroris yang haus darah”. Ia menegaskan bahwa tekanan ekonomi harus digunakan untuk menghentikan agresi Israel, seraya menolak segala bentuk genosida maupun pengusiran rakyat Palestina.
Baca Juga: PBB Tuding Israel Berusaha Jadikan Gaza City Tak Layak Huni
Mesir
Presiden Abdel Fattah el-Sisi menilai serangan ke wilayah Qatar adalah “preseden berbahaya” yang melanggar hukum internasional. Ia memperingatkan bahwa tindakan Israel bisa mengguncang stabilitas kawasan dan merusak perjanjian perdamaian yang ada.
Iran
Presiden Masoud Pezeshkian menyerukan persatuan negara Islam tidak hanya atas dasar agama, tetapi juga atas nilai kemanusiaan. Ia membuka kemungkinan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai bentuk tekanan kolektif.
Irak
Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani mengusulkan pembentukan komite bersama Arab-Islam untuk membawa isu ini ke PBB, Uni Eropa, dan forum internasional lainnya. Ia menekankan bahwa keamanan negara Arab dan Islam adalah satu kesatuan.
Yordania
Raja Abdullah II menyebut serangan ke Doha sebagai bukti nyata ancaman tanpa batas dari Israel. Ia menuntut langkah praktis untuk menghentikan perang di Gaza dan mencegah pengusiran lebih lanjut terhadap rakyat Palestina.
Palestina
Presiden Mahmoud Abbas menegaskan bahwa pemerintahan sayap kanan Israel “tidak bisa menjadi mitra perdamaian”. Ia menyerukan tanggung jawab internasional untuk menghentikan “negara bandit” itu.
Malaysia
Perdana Menteri Anwar Ibrahim menekankan bahwa kecaman semata tidak cukup. Ia menuntut tindakan nyata, termasuk penghentian hubungan diplomatik dengan Israel.
Indonesia
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menegaskan bahwa isu Palestina adalah soal martabat bangsa-bangsa dan tegaknya hukum internasional. Ia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera mengambil langkah tegas.
Pakistan
Perdana Menteri Shahbaz Sharif menyampaikan solidaritas penuh kepada Qatar dan menegaskan dukungan negaranya terhadap solusi dua negara sebagai jalan damai.
Baca Juga: Serangan Israel ke Qatar Dibawa ke Debat Mendesak Dewan HAM PBB
Dewan Kerja Sama Teluk (GCC)
Sekjen GCC Jasem Mohamed Albudaiwi menekankan perlunya tekanan dari AS terhadap Israel untuk menghentikan agresinya.
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)
Sekjen Hissein Brahim Taha menyebut serangan Israel sebagai “agresi keji” dan menyerukan keputusan tegas dari negara-negara anggota.
Liga Arab
Sekjen Ahmed Aboul Gheit menegaskan bahwa diam atas kejahatan Israel sama dengan kejahatan itu sendiri. Ia memperingatkan bahwa sikap membiarkan telah mendorong Israel bertindak tanpa batas.
Kesatuan Arab-Muslim di Persimpangan
KTT darurat Doha menjadi simbol penting kesatuan Arab dan Muslim menghadapi agresi Israel. Para pemimpin sepakat bahwa serangan ke ibu kota Qatar bukan hanya pelanggaran kedaulatan negara, tetapi juga ancaman langsung terhadap stabilitas kawasan dan prinsip hukum internasional.
Kini, dunia menanti apakah pernyataan keras ini akan diikuti dengan tindakan nyata – mulai dari tekanan diplomatik, langkah ekonomi, hingga konsolidasi di forum internasional – untuk menghentikan eskalasi dan membawa kembali jalur menuju perdamaian.