Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun pasar kripto baru saja mengalami likuidasi besar-besaran senilai US$19 miliar (sekitar Rp 315 triliun) dan meningkatnya ancaman tarif baru dari Presiden AS Donald Trump, analis utama Standard Chartered tetap optimistis terhadap prospek Bitcoin (BTC).
Geoff Kendrick, Global Head of Digital Assets Research Standard Chartered, menilai Bitcoin masih berada di jalur yang tepat untuk mencapai harga US$200.000 pada akhir 2025, didorong oleh pemulihan pasar dan arus masuk dana ke produk ETF berbasis Bitcoin.
Likuidasi Rekor Tekan Bitcoin ke Level Terendah Empat Bulan
Menurut laporan Cointelegraph, pasar kripto mengalami gelombang likuidasi terbesar dalam sejarah pada akhir pekan 10 Oktober 2025, dengan total nilai mencapai US$19 miliar. Peristiwa tersebut menekan harga Bitcoin hingga menyentuh level US$104.000, titik terendah dalam empat bulan terakhir.
Baca Juga: Harga Bitcoin Mirip Pola Pasar Kedelai 1970-an, Analis Ini Peringatkan Koreksi 50%
Namun, Kendrick menilai fase ini justru membuka peluang baru bagi investor.
“Setelah likuidasi besar seperti ini, biasanya pasar akan menemukan titik keseimbangan baru. Saya melihat ini sebagai peluang akumulasi yang bisa memicu reli berikutnya menuju US$200.000,” ujarnya dalam wawancara eksklusif di European Blockchain Convention 2025 di Barcelona.
Proyeksi Optimistis Meski Dihantam Sentimen Tarif Trump
Kendrick mengakui bahwa kebijakan perdagangan Donald Trump—terutama terkait ancaman kenaikan tarif—dapat memicu gejolak jangka pendek di pasar aset digital. Namun, ia tetap yakin bahwa tren jangka panjang Bitcoin akan positif.
“Bahkan dalam skenario terburuk (bear case), saya masih melihat potensi harga Bitcoin di atas US$150.000 pada akhir tahun, dengan asumsi The Fed tetap melanjutkan kebijakan pemangkasan suku bunga sesuai ekspektasi pasar,” katanya.
Per Oktober, Bitcoin tercatat turun 6% dalam sebulan terakhir, dan diperdagangkan di kisaran US$108.260. Meski demikian, Kendrick percaya tekanan jual ini akan mereda dalam beberapa minggu ke depan.
ETF Bitcoin dan Harga Emas Jadi Pendorong Reli Berikutnya
Salah satu faktor utama yang akan menopang reli Bitcoin, menurut Kendrick, adalah arus masuk ke ETF berbasis Bitcoin (Bitcoin ETFs). Ia menilai koreksi saat ini hanya jeda sementara sebelum kenaikan berikutnya.
“Penurunan ini justru menyiapkan panggung untuk kenaikan berikutnya, terutama berkat arus masuk dari ETF,” jelas Kendrick.
“Tidak ada alasan bagi arus dana itu untuk berhenti. Situasi seperti penutupan pemerintahan AS dan pemangkasan suku bunga The Fed sudah menjadi katalis yang sama seperti yang mengangkat harga emas,” tambahnya.
Baca Juga: Analis Sebut Harga Emas Terlalu Panas, Dana Bisa Kabur ke Bitcoin!
Ia menambahkan, rekor tertinggi harga emas baru-baru ini akan memperkuat narasi Bitcoin sebagai aset lindung nilai (safe haven), yang secara historis sering bergerak searah dengan logam mulia tersebut dalam kondisi ekonomi tidak pasti.
Data dari Farside Investors mencatat bahwa ETF Bitcoin mencatat arus masuk bersih sebesar US$477 juta pada Selasa lalu, memutus tren empat hari berturut-turut dengan arus keluar akibat sentimen politik.
Prediksi Jangka Panjang: Bitcoin Bisa Tembus US$500.000 di 2028
Dalam wawancara sebelumnya pada Februari 2025, Kendrick bahkan memperkirakan bahwa harga Bitcoin bisa melonjak hingga US$500.000 menjelang akhir masa jabatan kedua Presiden Trump pada tahun 2028.
Meski terkesan ambisius, pandangan tersebut didukung oleh tren adopsi institusional yang terus meningkat serta ekspansi global produk investasi berbasis kripto.