kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -13.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.195   57,00   0,35%
  • IDX 7.898   -32,88   -0,41%
  • KOMPAS100 1.110   -7,94   -0,71%
  • LQ45 821   -5,85   -0,71%
  • ISSI 266   -0,63   -0,24%
  • IDX30 424   -3,04   -0,71%
  • IDXHIDIV20 487   -3,38   -0,69%
  • IDX80 123   -1,10   -0,89%
  • IDXV30 126   -1,56   -1,22%
  • IDXQ30 137   -1,32   -0,96%

Steven Wang, CEO 23 Tahun yang Ingin Ubah Cara Gen Z Berinvestasi


Sabtu, 16 Agustus 2025 / 19:33 WIB
Steven Wang, CEO 23 Tahun yang Ingin Ubah Cara Gen Z Berinvestasi
Steven Wang, CEO platform perdagangan copy-trading Dub yang baru berusia 23 tahun. Steven Wang, CEO platform perdagangan copy-trading Dub memiliki ambisi besar: menjembatani kesenjangan literasi keuangan generasi muda.


Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Steven Wang, CEO platform perdagangan copy-trading Dub yang baru berusia 23 tahun, memiliki ambisi besar: menjembatani kesenjangan literasi keuangan generasi muda dengan menghadirkan akses investasi profesional bagi masyarakat luas.

Minat Wang terhadap pasar modal sudah muncul sejak kecil. Saat duduk di bangku kelas dua SD, ia meyakinkan orang tuanya untuk membuka rekening saham kustodian. 

Ketertarikannya berlanjut hingga remaja, ketika ia rajin membaca buku-buku Warren Buffett dan Howard Marks. Dorongan “kekanak-kanakan” untuk cepat kaya membuatnya terjun ke pasar saham sejak dini, meski ia mengakui harus belajar melalui banyak kegagalan.

Latar belakang keluarganya juga membentuk pandangan Wang terhadap keuangan. Tumbuh besar di pinggiran Detroit, ia menyaksikan dampak krisis finansial global dan keterpurukan industri otomotif terhadap keluarga pekerja imigran, termasuk keluarganya sendiri. 

Baca Juga: Yuk, Kenali Tantangan Finansial Gen Z dan Cara Buat Keputusan yang Lebih Bijak

Pengalaman itu mendorongnya untuk mencari jalan menuju masa depan finansial yang lebih stabil.

Pandemi COVID-19 menjadi titik balik. Saat masih mahasiswa Harvard, Wang aktif berdagang harian dari kamar asrama dan melihat banyak investor baru mengalami kerugian akibat euforia saham meme, misinformasi, dan keputusan spekulatif. 

Dari situ, ia menyimpulkan bahwa alat-alat profesional seharusnya tersedia tidak hanya bagi investor besar, tetapi juga bagi masyarakat umum.

Itulah yang melahirkan Dub. Platform ini memungkinkan pengguna untuk menyalin perdagangan para investor berpengalaman secara otomatis. 

Setiap kali investor pilihan mereka melakukan transaksi, sistem akan mengeksekusi langkah yang sama di akun pengguna. Model ini, menurut Wang, menghadirkan pengalaman investasi ala orang kaya yang biasa mempercayakan modalnya kepada manajer professional kepada investor ritel.

Baca Juga: Gen Z Minim Literasi Finansial, Ini Tips Atur Uang agar Tak Boros

Survei Harris Poll yang ditugaskan Dub menunjukkan urgensi literasi keuangan di kalangan muda. Sebanyak 60% Gen Z dan 66% milenial berinvestasi di pasar saham di luar dana pensiun mereka, namun hanya 17% responden yang benar-benar yakin memahami mekanisme pasar. 

Sebagian besar lebih percaya bahwa investasi, bukan karier tradisional, adalah jalan tercepat menuju kekayaan. Pandangan ini banyak dipengaruhi video singkat di media sosial dan kisah sukses saham meme ketimbang pemahaman investasi yang mendalam.

Dub mencoba menjawab tantangan itu dengan menggabungkan aspek media sosial dan disiplin investasi profesional. Kreator portofolio diperiksa secara ketat, diregulasi, dan diberi kompensasi berbasis kinerja. 

Setiap portofolio memiliki rekam jejak transparan yang bisa dilihat pengguna.

Dengan demikian, keputusan investasi tidak sekadar didorong sensasi atau tren viral, melainkan hasil terverifikasi.

Baca Juga: Wow! Gen Z Diramal Bakal Menjadi Generasi Terkaya di 2040, Cek Alasannya

Meski demikian, Wang mengakui adanya paradoks. Dub tetap memanfaatkan daya tarik influencer, namun dengan lapisan kepercayaan dan akuntabilitas. “Di media sosial, jika seseorang salah, mereka bisa menghapus videonya begitu saja. Di Dub, kinerjanya tercatat secara transparan,” ujarnya.

Berbeda dengan saham meme yang sempat booming, Wang menegaskan Dub tidak mendorong perilaku spekulatif jangka pendek. Platform ini justru berupaya memberi pemahaman bertahap mengenai alasan di balik setiap keputusan investasi. 

“Dub bukan pengganti pembelajaran mendalam, tetapi membuat prosesnya lebih mudah diakses,” kata Wang.

Untuk membangun kepercayaan, Dub menghabiskan lebih dari dua tahun bekerja sama dengan SEC dan FINRA sebelum resmi diluncurkan. Perusahaan mendaftarkan diri sebagai broker-dealer dan penasihat investasi, sekaligus memastikan akun pengguna dilengkapi perlindungan standar.

Baca Juga: Begini Tips Menabung yang Efektif untuk Para Gen Z

Bagi Wang, pasar saham adalah “sumber kekayaan terbesar di dunia.” Namun, ia berharap generasinya bisa mendekati pasar dengan lebih hati-hati dibanding dirinya di masa lalu. “Celah itulah yang coba ditutup Dub. Kami ada untuk membangun kepercayaan, bukan sekadar tren,” tegasnya. 

Selanjutnya: Update Grafik Harga Emas Antam (16 Agustus 2025), Hari Ini Bergerak Kemana?

Menarik Dibaca: Berlangsung Hingga 17 Agustus, BRI The BFF Festival Hadirkan Lebih dari 200 Brand




TERBARU

[X]
×