Sumber: Fortune | Editor: Noverius Laoli
Dub mencoba menjawab tantangan itu dengan menggabungkan aspek media sosial dan disiplin investasi profesional. Kreator portofolio diperiksa secara ketat, diregulasi, dan diberi kompensasi berbasis kinerja.
Setiap portofolio memiliki rekam jejak transparan yang bisa dilihat pengguna.
Dengan demikian, keputusan investasi tidak sekadar didorong sensasi atau tren viral, melainkan hasil terverifikasi.
Baca Juga: Wow! Gen Z Diramal Bakal Menjadi Generasi Terkaya di 2040, Cek Alasannya
Meski demikian, Wang mengakui adanya paradoks. Dub tetap memanfaatkan daya tarik influencer, namun dengan lapisan kepercayaan dan akuntabilitas. “Di media sosial, jika seseorang salah, mereka bisa menghapus videonya begitu saja. Di Dub, kinerjanya tercatat secara transparan,” ujarnya.
Berbeda dengan saham meme yang sempat booming, Wang menegaskan Dub tidak mendorong perilaku spekulatif jangka pendek. Platform ini justru berupaya memberi pemahaman bertahap mengenai alasan di balik setiap keputusan investasi.
“Dub bukan pengganti pembelajaran mendalam, tetapi membuat prosesnya lebih mudah diakses,” kata Wang.
Untuk membangun kepercayaan, Dub menghabiskan lebih dari dua tahun bekerja sama dengan SEC dan FINRA sebelum resmi diluncurkan. Perusahaan mendaftarkan diri sebagai broker-dealer dan penasihat investasi, sekaligus memastikan akun pengguna dilengkapi perlindungan standar.
Baca Juga: Begini Tips Menabung yang Efektif untuk Para Gen Z
Bagi Wang, pasar saham adalah “sumber kekayaan terbesar di dunia.” Namun, ia berharap generasinya bisa mendekati pasar dengan lebih hati-hati dibanding dirinya di masa lalu. “Celah itulah yang coba ditutup Dub. Kami ada untuk membangun kepercayaan, bukan sekadar tren,” tegasnya.