Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BERLIN/KYIV. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan kesediaannya untuk melepas ambisi bergabung dengan NATO sebagai bagian dari upaya mengakhiri perang dengan Rusia.
Pernyataan itu muncul di tengah perundingan intensif dengan utusan Amerika Serikat di Berlin yang berlangsung lebih dari lima jam dan berlanjut ke hari kedua, Senin (15/12/2025).
Zelenskiy bertemu dengan utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, serta Jared Kushner dalam pembicaraan yang difasilitasi Kanselir Jerman Friedrich Merz.
Baca Juga: Zelenskiy Tiba di Paris, Ukraina Siap Dapat Jet Rafale dan Rudal Baru dari Prancis
Meski belum ada rincian resmi hasil pertemuan, penasihat Zelenskiy, Dmytro Lytvyn, mengatakan para pihak tengah menelaah draf dokumen dan presiden akan menyampaikan pernyataan setelah perundingan selesai.
Menjelang pembicaraan, Zelenskiy menegaskan Ukraina siap mengesampingkan target keanggotaan NATO dengan imbalan jaminan keamanan yang mengikat secara hukum dari negara-negara Barat.
Ia menyebut jaminan bilateral dengan AS yang setara Pasal 5 NATO, serta dukungan keamanan dari negara Eropa dan mitra lain seperti Kanada dan Jepang, sebagai opsi untuk mencegah invasi Rusia di masa depan. “Ini sudah merupakan kompromi dari pihak kami,” ujarnya.
Langkah ini menandai perubahan besar bagi Kyiv, mengingat aspirasi bergabung dengan NATO tercantum dalam konstitusi Ukraina dan selama ini dipandang sebagai pelindung utama dari agresi Rusia.
Baca Juga: Zelenskiy: Ukraina Siap Majukan Rencana Damai, Akan Bahas Poin Sensitif dengan Trump
Namun, tawaran tersebut juga sejalan dengan salah satu tuntutan utama Moskow, yang sejak awal meminta Ukraina menanggalkan ambisi NATO, bersikap netral, dan melarang penempatan pasukan aliansi di wilayahnya.
Rusia juga menuntut Ukraina menarik pasukan dari sekitar 10% wilayah Donbas yang masih dikuasai Kyiv, serta menginginkan komitmen tertulis dari negara-negara Barat untuk menghentikan perluasan NATO ke timur. Hingga kini, Ukraina tetap menolak menyerahkan wilayah.
Pengiriman Witkoff ke Berlin dipandang sebagai sinyal Washington melihat peluang kemajuan hampir empat tahun sejak invasi Rusia pada 2022. Di bawah tekanan Trump untuk segera mencapai kesepakatan damai, Zelenskiy menuding Rusia memperpanjang konflik lewat serangan mematikan ke kota-kota serta infrastruktur listrik dan air Ukraina.
Ia menyebut para pihak tengah membahas rencana 20 poin yang berujung pada gencatan senjata, dengan opsi penghentian tembak-menembak di sepanjang garis depan saat ini sebagai pilihan yang adil.
Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius menilai kehadiran utusan AS sebagai tanda positif, meski mengakui komposisi negosiator bukan ideal.
Baca Juga: Trump Mendesak Ukraina Membuat Kesepakatan untuk Akhiri Perang dengan Rusia
Terkait tawaran Ukraina meninggalkan target NATO, Pistorius mengingatkan pengalaman pahit Kyiv pada 1994 ketika menyerahkan senjata nuklir warisan Soviet dengan imbalan jaminan keamanan yang kemudian gagal mencegah agresi. Menurutnya, jaminan keamanan tanpa keterlibatan signifikan AS akan bernilai terbatas.
Sementara itu, Inggris, Prancis, dan Jerman terus menyempurnakan proposal AS. Draf sebelumnya mengusulkan Ukraina melepas ambisi NATO, menerima pembatasan militer, dan menyerahkan wilayah tambahan.
Para sekutu Eropa menyebut fase ini sebagai momen krusial yang akan menentukan masa depan Ukraina, sembari mengupayakan dukungan keuangan dengan memanfaatkan aset bank sentral Rusia yang dibekukan untuk membiayai kebutuhan militer dan sipil Kyiv.













