kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.464.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.682   19,00   0,11%
  • IDX 8.679   18,49   0,21%
  • KOMPAS100 1.198   5,28   0,44%
  • LQ45 858   9,79   1,15%
  • ISSI 310   -3,15   -1,01%
  • IDX30 441   6,70   1,54%
  • IDXHIDIV20 510   8,58   1,71%
  • IDX80 134   0,41   0,31%
  • IDXV30 139   0,22   0,16%
  • IDXQ30 140   2,38   1,73%

Ekonomi China Tersendat pada November 2025, Seruan Reformasi Kian Menguat


Senin, 15 Desember 2025 / 11:13 WIB
Ekonomi China Tersendat pada November 2025, Seruan Reformasi Kian Menguat
ILUSTRASI. Ekonomi China (REUTERS/Maxim Shemetov)


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Kinerja ekonomi China menunjukkan pelemahan pada November 2025, dengan pertumbuhan produksi pabrik dan penjualan ritel berada di level terendah dalam lebih dari satu tahun.

Kondisi ini menambah tantangan bagi para pembuat kebijakan yang masih berupaya menjaga laju ekonomi terbesar kedua dunia senilai US$19 triliun tersebut.

Memudarnya subsidi tukar tambah konsumsi, krisis sektor properti yang berkepanjangan, serta investasi industri yang berisiko memperdalam tekanan deflasi membuat Beijing semakin bergantung pada ekspor sebagai penopang pertumbuhan.

Baca Juga: Taipan Media Hong Kong Jimmy Lai Divonis Bersalah, Terancam Penjara Seumur Hidup

Namun, strategi tersebut kian dipertanyakan seiring meningkatnya resistensi mitra dagang global terhadap surplus perdagangan China yang mencapai sekitar US$1 triliun, serta munculnya berbagai hambatan impor di sejumlah negara.

Data Biro Statistik Nasional (NBS) China yang dirilis Senin menunjukkan produksi industri tumbuh 4,8% secara tahunan (year-on-year) pada November.

Angka ini melambat dari 4,9% pada Oktober dan menjadi laju terlemah sejak Agustus 2024, sekaligus meleset dari perkiraan kenaikan 5,0% dalam jajak pendapat Reuters.

Sementara itu, penjualan ritel yang menjadi indikator utama konsumsi hanya tumbuh 1,3%, terendah sejak Desember 2022 ketika China mulai mencabut kebijakan nol-COVID.

Angka tersebut turun jauh dari pertumbuhan 2,9% pada Oktober dan berada di bawah proyeksi pasar sebesar 2,8%.

“Ekspor yang kuat membatasi kebutuhan untuk menggenjot permintaan domestik tahun ini, dan subsidi tukar tambah mulai kehilangan daya dorong,” ujar Xu Tianchen, ekonom senior Economist Intelligence Unit pada Senin (15/12/2025).

“Saya melihat para pembuat kebijakan kini mulai mengalihkan fokus ke 2026, karena target pertumbuhan sekitar 5% untuk tahun ini masih berada dalam jangkauan, sehingga dorongan stimulus tambahan menjadi kurang mendesak.”

Baca Juga: China Vanke Hadapi Risiko Default: Rapat Obligasi Kedua Kamis (18/12) Mendatang

Beijing Kehabisan Ide Baru

Sejumlah ekonom menilai ekonomi China telah melewati titik di mana stimulus tambahan dapat memberikan solusi efektif.

Dana Moneter Internasional (IMF) pekan lalu mendesak Beijing untuk mempercepat reformasi struktural dan mengambil langkah lebih tegas di sektor properti, mengingat sekitar 70% kekayaan rumah tangga China terikat pada aset real estat.

Harga rumah baru di China kembali turun pada November, seiring melemahnya investasi properti dan penjualan rumah.

Tekanan tambahan terlihat dari penurunan penjualan mobil tahunan sebesar 8,5%, yang merupakan penurunan terdalam dalam 10 bulan terakhir.




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×