Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
Hal ini meredupkan harapan akan kebangkitan penjualan di akhir tahun, periode yang biasanya menjadi musim puncak bagi industri otomotif.
“Perekonomian melambat secara menyeluruh pada November, dan lemahnya penjualan ritel menjadi sorotan utama,” kata Zhang Zhiwei, kepala ekonom Pinpoint Asset Management.
Baca Juga: Pemilik Juventus Tolak Tawaran Akuisisi Tether Senilai Lebih dari €1 Miliar
“Kontraksi investasi dan penurunan pasar properti terus menekan kepercayaan konsumen.”
Bahkan festival belanja Singles’ Day yang tahun ini diperpanjang hingga lima minggu gagal memberikan dorongan signifikan terhadap konsumsi.
Investasi aset tetap tercatat menyusut 2,6% pada periode Januari–November dibandingkan periode yang sama tahun lalu, setelah turun 1,7% pada Januari–Oktober.
Angka ini lebih buruk dari ekspektasi ekonom yang memperkirakan penurunan 2,3%.
Tekanan Perdagangan Kian Besar
Penasihat pemerintah dan analis memperkirakan China masih akan membidik target pertumbuhan tahunan sekitar 5% pada tahun depan, seiring upaya memulai rencana pembangunan lima tahunan yang baru dengan fondasi kuat.
Namun, target tersebut dinilai tidak mudah dicapai. Bank Dunia dan IMF sama-sama memberikan proyeksi pertumbuhan yang lebih konservatif bagi ekonomi China ke depan.
Baca Juga: Mata Uang Asia Bergerak Terbatas Senin (15/12) Pagi, Dolar Taiwan Paling Loyo
Dalam pertemuan ekonomi penting pekan lalu yang membahas agenda kebijakan 2026, para pemimpin China berjanji mempertahankan kebijakan fiskal yang “proaktif” guna mendorong konsumsi dan investasi.
Meski demikian, mereka juga mengakui adanya kontradiksi yang “menonjol” antara pasokan domestik yang kuat dan permintaan yang lemah.
Fokus ganda pada konsumsi dan investasi tersebut memperkuat kekhawatiran bahwa Beijing belum sepenuhnya siap meninggalkan model ekonomi berbasis produksi dan beralih ke model yang lebih bertumpu pada belanja rumah tangga.
Di tingkat global, semakin banyak negara yang bersiap membatasi laju ekspor China.
Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam kunjungannya ke China, mengancam akan mengenakan tarif dan mendesak Beijing memperbaiki ketidakseimbangan perdagangan global yang dinilainya “tidak berkelanjutan”.
Meksiko pekan lalu juga menyetujui kenaikan tarif hingga 50% mulai tahun depan terhadap impor dari China dan sejumlah negara Asia lainnya, guna melindungi industri dalam negeri.
Baca Juga: Krisis Properti China Berlanjut, Harga Rumah Turun di Semua Tier Kota di November
“Pembangunan ekonomi China masih menghadapi banyak tantangan lama maupun baru,” demikian pernyataan resmi hasil Konferensi Kerja Ekonomi Pusat.
“Kami harus memperkuat kemampuan internal untuk menghadapi tantangan eksternal.”













