CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.879   -20,00   -0,13%
  • IDX 7.141   -73,55   -1,02%
  • KOMPAS100 1.093   -10,03   -0,91%
  • LQ45 872   -3,51   -0,40%
  • ISSI 215   -3,49   -1,60%
  • IDX30 447   -1,05   -0,23%
  • IDXHIDIV20 540   0,91   0,17%
  • IDX80 125   -1,17   -0,92%
  • IDXV30 135   -0,50   -0,37%
  • IDXQ30 149   -0,06   -0,04%

Studi baru: Virus corona berkembang lebih baik di udara, masker tak boleh longgar


Senin, 20 September 2021 / 13:18 WIB
Studi baru: Virus corona berkembang lebih baik di udara, masker tak boleh longgar
ILUSTRASI. Warga memakai masker pelindung, di tengah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19), berjalan di sebuah distrik perbelanjaan di Tokyo, Jepang, Kamis (9/9/2021). REUTERS/Kim Kyung-Hoon.


Sumber: Kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Sebuah studi terbaru menemukan, virus corona baru berkembang lebih baik saat menjadi airborne. Hal itu meningkatkan kekhawatiran masker yang longgar hanya memberikan "kontrol sederhana" melawan infeksi. 

Melansir CTV News, studi yang dipimpin Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Maryland menunjukkan, virus telah bergerak menuju "generasi aerosol yang lebih efisien". 

Para peneliti mengatakan, hal itu berarti, langkah-langkah kesehatan akan diperlukan untuk melindungi mereka yang bekerja di tempat umum dan di dalam ruangan, sampai tingkat vaksinasi mencapai tahap "sangat tinggi". 

Selain vaksin, perlu peningkatan ventilasi, filtrasi, sanitasi udara UV, dan masker yang lebih ketat. Studi ini diterbitkan pada 14 September 2021 di jurnal medis peer-review Clinical Infectious Diseases. 

Hasil studi baru tersebut juga memperlihatkan, orang yang terinfeksi varian Alpha mengeluarkan 43 hingga 100 kali lebih banyak virus ke udara ketika mereka bernafas dibanding yang terpapar jenis virus corona asli. 

Baca Juga: Kelelawar Kamboja kembali diteliti terkait asal-usul virus corona penyebab Covid-19

Studi ini mencatat, varian Alpha adalah strain dominan yang beredar selama periode penelitian.

Don Milton, Profesor kesehatan lingkungan di University of Maryland mengatakan, temuan itu memberikan bukti lebih lanjut bahwa penularan Covid-19 terutama melalui udara.

Virus menyebar dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi melalui semprotan droplets (tetesan) besar, ketika berada dalam jarak dekat. 

“Kita tahu bahwa varian Delta yang beredar sekarang bahkan lebih menular dari varian Alpha. Penelitian kami menunjukkan, varian tersebut terus menjadi lebih baik dalam perjalanan melalui udara, jadi kami harus menyediakan ventilasi yang lebih baik dan memakai masker yang pas, selain itu vaksinasi, untuk membantu menghentikan penyebaran virus," kata Milton. 

Para peneliti juga menemukan, jumlah virus di udara yang berasal dari infeksi varian Alpha adalah 18 kali lebih banyak dari jumlah virus yang ditemukan di usap hidung (nasal swabs) dan air liur. 

Baca Juga: Kondisi ini menandakan Anda terinfeksi Virus Corona



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×