kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Studi baru: Virus corona berkembang lebih baik di udara, masker tak boleh longgar


Senin, 20 September 2021 / 13:18 WIB
Studi baru: Virus corona berkembang lebih baik di udara, masker tak boleh longgar
ILUSTRASI. Warga memakai masker pelindung, di tengah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19), berjalan di sebuah distrik perbelanjaan di Tokyo, Jepang, Kamis (9/9/2021). REUTERS/Kim Kyung-Hoon.


Sumber: Kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan

Selain itu, para peneliti menemukan, penutup wajah secara signifikan mengurangi jumlah virus yang diembuskan ke udara dari mereka yang terinfeksi Covid-19 sekitar 50%. 

Tetapi, kain longgar dan masker bedah tidak bisa sepenuhnya mencegah partikel virus dari udara. 

Mengutip Times of India, cara paling efektif untuk melindungi diri dari aerosol berbahaya adalah menghindari tempat ramai dan menjaga jarak sosial. 

Kemudian, menghindari ruangan dengan ventilasi yang sedikit atau tidak ada sama sekali, dan pakai masker dengan baik setiap saat. 

"Bila digunakan dengan benar, pembersih udara dapat membantu mengurangi kontaminan di udara, termasuk virus, di rumah atau ruang terbatas," ungkap Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC). 

Terakhir, prioritaskan vaksinasi karena bisa menghindari infeksi parah dan mengurangi risiko rawat inap.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Studi: Virus Corona Berkembang Baik di Udara, Masker Longgar Rawan Tembus"

Penulis: Nur Fitriatus Shalihah
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

Selanjutnya: Bell's Palsy hingga anafilaksis, ini efek samping serius vaksin Sinovac

 

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun




TERBARU

[X]
×