Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - BENGALURU. Bank Sentral Amerika Serikat diprediksi akan menaikkan suku bunga pada bulan ini dan berlanjut lagi di tahun depan. Hasil jajak pendapat Reuters kepada para ekonom, mayoritas memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunganya tiga kali lagi di tahun depan.
Jumlah ini lebih banyak ketimbang survei beberapa minggu lalu yang memperkirakan hanya akan ada dua kali kenaikan suku bunga di 2018
Survei tersebut dilakukan sebelum Senat AS menyetujui rencana pemotongan pajak yang diperkirakan akan menambah utang AS senilai US$ 1,4 triliun. Sekitar 80% ekonom yang disurvei pada bulan Oktober 2017 lalu mengatakan pemotongan pajak tersebut sebetulnya tidak diperlukan.
Ekspektasi kenaikan suku bunga tiga kali Bank Sentral AS di tahun depan tersebut sejalan dengan proyeksi The Fed. Tapi pandangan pemimpin The Fed akan terpecah mengenai prospek inflasi AS yang masih rendah.
Itu adalah tantangan yang dihadapi bank sentral utama lainnya. Sejak krisis keuangan tahun 2008 silam, The Fed beralih ke kebijakan moneter yang longgar yakni dengan menurunkan bunga. Namun nyatanya inflasi masih melemah dan harga masih tertekan pada saat ini.
Indeks harga belanja konsumsi pribadi inti (PCE) yang tidak termasuk makanan dan energi masih lebih rendah dari target yakni 2% dalam lima setengah tahun yang lalu. Survei Reuters terbaru menunjukkan indeks PCE masih akan di bawah 2% pada 2019. Perkiraan paling optimis bahkan hanya ada di 3,7%.
Dalam survei yang dilakukan pada 103 ekonom termasuk 19 bank besar tersebut menyebutkan suku bunga akan naik lagi di Desember ini sebesar 25 basis poin menjadi 1,25%–1,5%.
"Suku bunga berada di level netral. Kebijakan moneter tidak mendorong pertumbuhan atau tidak," ujar Brett Ryan, ekonom senior Deutsche Bank. Dia justru memperkirakan kenaikan suku bunga akan terjadi empat kali di tahun depan.
Dari hasil survei, 40% dari responden mengatakan pendorong utama kenaikan suku bunga adalah inflasi yang rendah. Namun, hampir sepertiga ekonom memperkirakan The Fed telah memiliki amunisi cukup untuk memerangi resesi berikutnya. Sementara sisanya mengatakan, tingkat suku bunga tinggi diperlukan untuk menghindari risiko terhadap stabilitas keuangan.