Sumber: BLOOMBERG | Editor: Test Test
HONGKONG. Minat masyarakat Hongkong untuk menyimpan dananya di tabungan berdenominasi yuan terus meningkat. Buktinya, dalam enam bulan terakhir tabungan yuan di perbankan Hongkong naik lebih dari dua kali lipat menjadi CNY 149 miliar atau US$ 22 miliar.
Otoritas moneter Hongkong mencatat, kebutuhan masyarakat Hongkong untuk bertransaksi menggunakan yuan terus meningkat. Hal ini menunjukkan pergeseran penggunaan nilai tukar dari dollar Hongkong ke yuan. Sehingga, muncul perdebatan mengenai perlunya otoritas moneter Hongkong meninjau kembali kebijakannya mematok dollar Hongkong terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
Sekadar informasi, nilai tukar dollar Hongkong dipatok di level HK$ 7,80 per dollar AS sejak tahun 1983. Pasalnya, kebijakan moneter Hongkong masih didikte oleh AS. Saat itu, nilai ekspor Hongkong ke China baru sekitar 18% sedangkan ekspor Hongkong ke AS mencapai 21% dari total ekspornya.
Namun, pada akhir September 2010, kondisi berbalik. Ekspor Hongkong ke China mencapai 49% dari total ekspor sedangkan porsi AS menyusut tinggal 8%. Artinya, saat ini Hongkong lebih banyak menerima devisa dari China ketimbang dari AS.
Dengan mempertahankan nilai tukar dollar Hongkong yang dipatok terhadap dollar AS, Hongkong kehilangan potensi pendapatan dari devisa. Sepanjang tahun ini, dollar Hongkong menjadi mata uang berkinerja terburuk di Asia. Sayangnya, Sekretaris Kementerian Keuangan Hongkong John Tsang berkukuh ingin mempertahankan kebijakan tersebut.
"Hongkong memiliki tingkat pertumbuhan yang mengikuti pesatnya pertumbuhan China. Tetapi, kebijakan nilai tukarnya yang dipatok membuat hubungan ini Hongkong-China lemah," kata Goetz Eggelhoefer, Manajer Investasi Rohatyn Group di Singapura, Senin (1/11). Menurutnya, hubungan segitiga antara Hongkong, China, dan AS tidak mungkin diteruskan. Eggelhoefer menilai, salah satu harus dikorbankan agar ekonomi Hongkong melaju lebih kencang.
China, yang mengambilalih Hongkong dari tangan Inggris di tahun 1997, mempertahankan peg dollar Hongkong terhadap dollar AS. Sebab, Hongkong merupakan pusat perdagangan dan pasar finansial di kawasan Asia.
Otoritas moneter Hongkong beralasan, dollar AS masih relevan sebagai patokan bagi nilai tukar dollar Hongkong. Mereka menilai, yuan kurang fleksibel digunakan dalam perdagangan global. Selain itu, "Pemerintah Hongkong juga membatasi kepemilikan obligasi pemerintah China jadi yuan sulit menggantikan peran dollar AS," kata John Greenwood, inisiator pematokan dollar Hongkong terhadap dollar AS, yang juga penasihat otoritas moneter Hongkong. Para ekonom menilai, dalam dua tahun mendatang, Hongkong harus mempertimbangkan untuk mengalihkan fokus nilai tukarnya ke yuan.