kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Tak bertemu Trump, Menteri Luar Negeri Iran hadir di KTT G7 atas undangan Prancis


Senin, 26 Agustus 2019 / 06:00 WIB
Tak bertemu Trump, Menteri Luar Negeri Iran hadir di KTT G7 atas undangan Prancis


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - BIARRITZ. Secara tak terduga, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif melakukan kunjungan ke KTT G7 di Prancis pada Minggu (25/8). Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan, undangan Prancis ke Mohammad Javad Zarif untuk melakukan pembicaraan di sela-sela pertemuan di kota Biarritz di tepi pantai barat daya itu mengejutkan.

Mengutip Reuters, seorang pejabat Prancis mengatakan, Zarif bertemu dengan Prancis untuk menilai kondisi apa yang menyebabkan meningkatnya ketegangan antara Teheran dan Washington.

Zarif juga bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron selama kunjungan singkatnya. Tetapi pejabat Gedung Putih mengatakan menteri luar negeri Iran itu tidak bertemu dengan para pejabat AS sebelum dia terbang meninggalkan Biarritz.

Baca Juga: Ketegangan antar pemimpin negara meningkat, pertengkaran meletus pada KTT G7 Prancis

Para pemimpin Eropa telah berjuang untuk menenangkan konfrontasi yang semakin dalam antara Iran dan Amerika Serikat sejak Trump menarik negaranya dari perjanjian nuklir 2015 yang diperantarai Iran tahun lalu dan menerapkan sanksi terhadap ekonomi Iran.

Sebelumnya pada hari Minggu, Trump tampaknya mengesampingkan upaya Prancis untuk menengahi dengan Iran. Trump mengatakan, meski ia senang Paris menjangkau Teheran, ia akan melanjutkan inisiatifnya sendiri.

Macron bertemu dengan Zarif pada Jumat menjelang KTT G7 untuk membahas cara-cara meredakan krisis, termasuk mengurangi beberapa sanksi AS atau memberi mekanisme kompensasi bagi Iran.

Dua pejabat Iran dan seorang diplomat mengatakan kepada Reuters bahwa Iran ingin mengekspor minimal 700.000 barel minyak per hari dan idealnya hingga 1,5 juta barel per hari jika Barat ingin bernegosiasi dengan Iran untuk menyelamatkan kesepakatan 2015.

Namun sesama pemimpin G7 gagal membujuk AS. Seorang diplomat Eropa yang akrab dengan masalah ini mengatakan, Trump akan menerbitkan kembali keringanan sanksi minyak yang diberikan tahun lalu dan berakhir Mei.

Trump mengatakan bahwa ia rukun dengan para pemimpin lain di G7. Namun keretakan muncul karena masalah-masalah mulai dari perang dagangnya yang semakin intenstif dengan China hingga ambisi nuklir Iran dan Korea Utara.

Pertemuan G7 berlangsung dengan latar belakang kekhawatiran bahwa pelemahan ekonomi global dapat diperburuk oleh meningkatnya tensi perang tarif antara AS dan China.

Perdana Menteri Inggri Boris Johnson menyuarakan keprihatinan tentang proteksionisme dan mengatakan mereka yang mendukung tarif berisiko menanggung kesalahan atas kelesuan ekonomi global.

"Kami mendukung perdamaian perdagangan secara keseluruhan dan menekannya jika kami bisa."

Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte memperingatkan para pemimpin lainnya tentang bahaya proteksionisme dan mendesak Washington untuk tidak meneruskan ancamannya untuk mengenakan tarif pada mobil Jerman.

Namun Gedung Putih justru meningkatkan sikap agresifnya terhadap perdagangan dengan China. 


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×