Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Mencontoh AS dan Australia
Pendekatan Singapura meniru sistem yang telah lebih dulu diterapkan di luar negeri. Amerika Serikat menggunakan program Secure Flight untuk menyaring penumpang berdasarkan daftar pengawasan waktu nyata. Australia menjalankan sistem serupa melalui Movement Alert List di bawah Departemen Dalam Negeri.
Kedua sistem tersebut memungkinkan otoritas mencegah pelancong berisiko naik pesawat, alih-alih menindak mereka setelah tiba.
Dampak ke Bandara dan Pos Lintas Batas Darat
Meski NBD terutama berlaku untuk perjalanan udara dan laut, ICA menegaskan pos lintas batas darat tetap aman. Pelancong asing yang masuk melalui jalur darat tetap wajib mengisi kartu kedatangan, sehingga ICA bisa mengakses data awal untuk penyaringan.
ICA menekankan kebijakan ini memperkuat pengawasan perbatasan tanpa melemahkan kontrol di titik masuk mana pun.
Tonton: Industri Kuliner Singapura Diterpa Krisis, 3.000 Gerai Gulung Tikar
Mengurangi Beban Petugas Lini Depan
Sebelum otomatisasi, petugas hanya memiliki hitungan detik untuk menilai pelancong di tengah antrean panjang, yang meningkatkan tekanan dan kelelahan kerja. Penerapan pemeriksaan tanpa paspor di jalur otomatis sejak September 2024 mempercepat proses sekaligus meningkatkan akurasi keamanan.
Kini, petugas dapat lebih fokus pada investigasi dan penilaian risiko, bukan sekadar pemeriksaan rutin.
Kesimpulan
Penerapan No Boarding Directive menandai perubahan besar dalam strategi pengamanan perbatasan Singapura: dari reaktif di titik kedatangan menjadi preventif sebelum keberangkatan. Dengan lonjakan signifikan penolakan masuk, kebijakan ini menunjukkan bagaimana teknologi dan kerja sama dengan maskapai digunakan untuk menjaga keamanan sekaligus mengurangi beban petugas. Bagi pelancong internasional, khususnya kawasan Asia Tenggara, aturan ini menuntut kepastian dokumen dan status perjalanan sejak jauh hari.













