Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pada bulan Desember, Mahkamah Agung menolak gugatan Texas yang bertujuan untuk menganulir hasil pemilu di empat negara bagian, menandakan pukulan terakhir bagi upaya Trump untuk membatalkan pemilu 2020 melalui tuntutan hukum.
Tetap saja, Trump terus mengklaim - tanpa bukti - bahwa pemilihan itu "curang".
Dua minggu sebelum pelantikan hari Rabu, Trump berbicara kepada pendukungnya agar "menghentikan pencurian" di dekat Gedung Putih, meminta para pendukungnya untuk berbaris ke Capitol dan "bertarung seperti Neraka."
Kira-kira satu jam kemudian, massa dari para pendukung itu menyerbu Capitol, yang menyebabkan sejumlah orang tewas.
Baca Juga: Ambil alih krisis AS, Biden: Kita harus hentikan perang tak beradab ini!
Trump, yang disalahkan oleh para politisi di kedua sisi karena memicu kekerasan, dimakzulkan oleh Dewan Perwakilan AS satu minggu kemudian, secara permanen ditangguhkan dari Twitter, dan sejak itu hubungan bisnisnya memburuk.
Dia mengklaim bahwa kata-katanya tidak memicu kekerasan, dengan mengatakan bahwa kata-katanya "sangat tepat".
Dalam sambutan kepergiannya kepada para pendukungnya, Trump tidak menyebut nama Biden pada hari Rabu, melainkan berfokus pada pencapaian pemerintahannya sebelum memberi tahu orang banyak termasuk sebagian besar anak-anaknya: "Selamat hidup. Sampai jumpa."