Sumber: BBC | Editor: Ahmad Febrian
Beberapa pekerja seks dipaksa uterus bekerja. Mereka berisiko terkena denda atau terpapar virus. "Di negara-negara berkembang, para pekerja seks kerap menjadi tulang punggung keluarga. Jadi ini mempengaruhi seluruh keluarga besar," kata Prof Sanders.
Niki Adams dari English Collective of Prostitutes mengamini pandangan itu. Dia mengatakan kepada BBC bahwa mayoritas pekerja seks di Inggris adalah para ibu. Jika mereka terus bekerja, itu karena terpaksa. Mereka sangat membutuhkan uang.
Tapi ada juga yang hanya mengandalkan bantuan, meski mereka tetap mau bekerja. BBC menginvestigasi ke salah satu rumah bordil terbesar di dunia. Sebuah kawasan kumuh yang banyak gang-gang sempit. Rumah bagi 1.300 perempuan dan 400 anak-anak mereka.
Rumah bordil tersebut sudah tutup sejak Maret 2020. Walhasil, pekerja seks bergantung mengandalkan bantuan dari berbagai lembaga, "Kami tidak memiliki penghasilan, ini menakutkan," kata Nazma, bukan nama sebenarnya.
Nazma harus menanggung tiga anak yang tinggal bersama kakaknya di desa .lain. Dia datang ke rumah bordil tersebut 30 tahun yang lalu saat dia baru berusia tujuh tahun. Meskipun dia membutuhkan uang, dia khawatir bila bekerja selama pandemi akan membahayakan.
Kalaupun virus corona lenyap dan rumah bordil itu dibuka kembali, masih membutuhkan waktu lagi. Pelanggan mungkin masih takut berkunjung. Begitu pula para pekerja seks khawatuir tertular virus corona kembali Mata rantai ini harus menjadi perhatian pemerintah di seluruh dunia.