Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - KABUL. Kabinet baru Afghanistan sedang dipersiapkan di tengah batas akhir evakuasi yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan sekutu. Taliban, yang saat ini menguasai Afghanistan menambahkan, pelemahan mata uang dan gejolak ekonomi yang terjadi usai pengambilalihan Kabul di dua minggu lalu diproyeksi segera mereda.
Sabtu (28/8), Zabihullah Mujahid, juru bicara utama Talibat mengatakan hal tersebut kepada Reuters, saat militer AS menghentikan misinya untuk mengevakuasi warga AS dan warga Afghanistan yang rentan serta menarik pasukan dari bandara Kabul menjelang tenggat waktu 31 Agustus yang ditetapkan oleh Presiden Joe Biden.
Mujahid juga mengutuk serangan pesawat tak berawak AS semalam terhadap militan Islamic State. Serangan tersebut dilakukan usai serangan bunuh diri pada Kamis (26/8) di dekat bandara Kabul karena mengangap "serangan itu yang jelas di wilayah Afghanistan".
Namun dia mengimbau Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya untuk mempertahankan hubungan diplomatik setelah penarikan mereka, yang dia harapkan akan selesai "segera".
Waktu pasti pembentukan kabinet baru masih belum jelas. Reuters awalnya mengutip Mujahid yang mengatakan pengumuman itu akan dibuat dalam minggu mendatang, tetapi kemudian dalam pesan suara dia mengatakan susunan kabinet baru akan dibersihkan "dalam satu atau dua minggu".
Baca Juga: AS luncurkan serangan menggunakan drone ke ISIS pasca ledakan di bandara Kabul
Menanggapi pertanyaan apakah ada perempuan yang akan dimasukkan dalam kabinet baru, dia bilang ini akan menjadi masalah kepemimpinan untuk memutuskan dan dia tidak bisa mengantisipasi apa keputusan mereka.
Ada rasa frustrasi yang meningkat di Kabul atas kesulitan ekonomi parah yang disebabkan oleh anjloknya mata uang dan kenaikan harga pangan, dengan bank-bank masih tutup dua minggu usai kota itu jatuh ke tangan Taliban.
Pada hari yang sama, sebuah pernyataan dari Taliban mengatakan bahwa bank diperintahkan untuk dibuka kembali dengan batas mingguan penarikan sebesar US$ 200 atau 20.000 afgani.
Mujahid menambahkan, para pejabat telah ditunjuk untuk menjalankan lembaga-lembaga utama termasuk Kementerian Kesehatan dan Pendidikan Masyarakat serta bank sentral.
Pejabat PBB telah memperingatkan bahwa Afghanistan menghadapi bencana kemanusiaan, dengan sebagian besar wilayah negara yang menderita kondisi kekeringan ekstrim.
Ekonomi, yang hancur setelah empat dekade perang, juga menghadapi kerugian miliaran dolar dalam bantuan asing, menyusul penarikan kedutaan besar Barat dari negara itu.
Mujahid bilang, masalah ekonomi yang dialami akan berkurang begitu pemerintahan baru terbentuk.
"Kejatuhan afgani (mata uang Afghanistan) terhadap mata uang asing bersifat sementara dan karena situasi yang tiba-tiba berubah, akan kembali normal begitu sistem pemerintahan mulai berfungsi," tegas Mujahid.