kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Taliban mengincar hubungan kerja sama dengan Rusia hingga Pakistan


Senin, 06 September 2021 / 09:08 WIB
Taliban mengincar hubungan kerja sama dengan Rusia hingga Pakistan
ILUSTRASI. Mullah Baradar Akhund, seorang pejabat senior Taliban, duduk bersama sekelompok pria, membuat pernyataan video, dalam gambar diam yang diambil dari video yang direkam di lokasi tak dikenal dan dirilis pada 16 Agustus 2021.


Sumber: TASS | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - KABUL. Di bulan pertamanya menguasai Afghanistan, kelompok Taliban mulai mengincar hubungan kerja sama dengan sejumlah negara, termasuk Rusia, Iran, dan Pakistan.

Dilansir dari TASS, Mohammad Akbar Agha yang merupakan komandan lapangan Taliban sekaligus pemimpin Dewan Keselamatan Tinggi Afghanistan, mengatakan bahwa Taliban membutuhkan kerja sama dengan negara-negara tersebut, begitu juga sebaliknya.

"Kami harus menjalin hubungan yang luas dengan Rusia, ada kepentingan antara Taliban dan Rusia. Iran dan Pakistan juga merupakan negara-negara yang ingin kami dekati. Mereka membutuhkan kami dan kami membutuhkan mereka," kata Agha.

Baca Juga: Rusia menyebut Kabul kini lebih aman di bawah kendali Taliban

Rusia, yang saat ini masih menganggap Taliban sebagai organisasi teroris, sempat mengakui bahwa kondisi Kabul menjadi lebih aman di bawah pengawasan Taliban dibanding dengan otoritas sebelumnya.

Secara umum, Rusia ingin memastikan bahwa ketidakstabilan di Afghanistan tidak meluas ke Asia Tengah, bagian dari bekas Uni Soviet yang dianggapnya sebagai halaman belakang sendiri. Rusia juga berusaha agar paham Taliban tidak menjadi landasan bagi kelompok-kelompok Islamis ekstrem lainnya.

Dalam kesempatan yang sama, Agha juga menyinggung hubungan Taliban dengan Amerika Serikat yang diakuinya semakin memburuk. Di sisi lain, Taliban tidak akan keberatan jika AS membuka kembali kedutaannya di Afghanistan.

"Sebelum invasi, Afghanistan dan AS memiliki kemungkinan untuk menjalin hubungan baik. Tapi setelah invasi dan kejahatan yang mereka lakukan, hubungan kami memburuk," ungkapnya.

Baca Juga: Rusia dan China sepakat bersatu untuk lindungi Afghanistan

Meski lampu hijau telah diberikan oleh pihak Taliban, namun AS mengakui masih khawatir dengan situasi Afghanistan dan kemungkinan besar tidak akan membuka kedutaan untuk beberapa waktu.

Perginya pasukan AS tahun ini masih dianggap jadi pemicu naiknya Taliban ke kursi kekuasaan Afghanistan. Penarikan pasukan AS dari Afghanistan telah resmi berakhir pada 30 Agustus lalu sesuai perjanjian, sekaligus mengakhiri misi militer selama 20 tahun di negara tersebut.

Pada tanggal 15 Agustus, pejuang Taliban berhasil menguasai Kabul dalam beberapa jam tanpa perlawanan dari militer Afghanistan. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani juga langsung mengundurkan diri untuk mencegah pertumpahan darah dan kemudian melarikan diri dari negara itu.

Selanjutnya: Rusia: Jangan sampai sisa senjata AS di Afghanistan disalahgunakan Taliban




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×