kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.705.000   1.000   0,06%
  • USD/IDR 16.290   30,00   0,18%
  • IDX 6.750   -53,40   -0,78%
  • KOMPAS100 997   -8,64   -0,86%
  • LQ45 770   -6,78   -0,87%
  • ISSI 211   -0,72   -0,34%
  • IDX30 399   -2,48   -0,62%
  • IDXHIDIV20 482   -1,69   -0,35%
  • IDX80 113   -1,02   -0,90%
  • IDXV30 119   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   -0,75   -0,57%

Tambang jatuh, ekonomi Aussie masuk fase berisiko


Rabu, 05 September 2012 / 21:28 WIB
Tambang jatuh, ekonomi Aussie masuk fase berisiko
ILUSTRASI. Warga mengecek meteran kebutuhan listrik. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Rika Theo, BBC |

SYDNEY. Pertumbuhan ekonomi Australia melambat di kuartal kedua. Penyebabnya adalah penurunan permintaan barang tambang dan perlambatan konsumsi dalam negerinya.

Australia hanya tumbuh 3,7% selama April ke Juni 2012, turun dari angka pertumbuhan 4,3% pada periode sama setahun lalu.

“Kita bergerak ke fase berisiko ekonomi Australia, dengan sektor tambang yang terlihat sedikit melambat,” kata Shane Oliver, Kepala Ekonom AMP Capital Investors.

Pertambangan memang menjadi penggerak utama ekonomi negeri Kanguru. Belakangan, pertumbuhan ekonomi India dan China yang makin pelan menggerus permintaan bahan tambang Australia.

Kondisi diperburuk lagi dengan penurunan harga komoditas. Misalnya saja harga bijih besi yang sudah amblas 30% dalam dua bulan ini. Ujung-ujungnya, laba perusahaan tambang pun merosot.

Dalam beberapa hari terakhir, dua perusahaan tambang terbesar Australia yakni BHP Biliton dan Fortescue Metal Group telah mengumumkan penundaan rencana pengembangan fasilitas mereka di sana.

Konsumsi domestik jeblok

Ekonomi bergerak melambat juga karena konsumsi domestik yang berkurang. Pada data yang dirilis sebelumnya pekan ini, penjualan ritel Australia jatuh 0,8% di Juli dibandingkan Juni. Ini merupakan penurunan terbesar dalam dua tahun terakhir.

Laba perusahaan juga turun 0,7% sepanjang kuartal kedua dibandingkan kuartal sebelumnya. Penurunan ini sudah terjadi tiga kuartal penuh.

Di saat yang sama, penguatan dollar Australia juga telah menghambat ekspor karena barang asal Australia bakal jadi lebih mahal di mata importir.

Analis melihat kombinasi kondisi buruk ini bakal terus berimbas negatif pada ekonomi Australia. “Paruh kedua nanti akan lebih menantang. Anda takkan melihat lagi angka pertumbuhan yang pernah dicapai,” prediksi Stephen Walters, Kepala Ekonom JPMorgan.



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×