Sumber: Economic Times | Editor: Sanny Cicilia
WINA. Para petinggi Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) pada Jumat lalu mempertahankan target produksi 30 juta barel per hari. Harga acuan internasional ditetapkan di atas US$ 100 per barel.
Namun, sebanyak 12 negara pengekspor minyak ini menangguhkan pembahasan mengenai revolusi minyak dan gas shale di Amerika Serikat (AS). Energi baru ini diyakini bisa menggoyang status quo OPEC yang berkontribusi 35% dari produksi minyak global.
Sekretaris Jenderal OPEC, Abdullah El-Badri, menilai energi baru ini belum menjadi ancaman. "Banyak orang mengatakan, minyak shale memberikan pasokan besar dan murah dan yang lain menyebut, biayanya produksinya tinggi," kata El-Badri, dikutip Economic Times.
OPEC akan mempelajari mengenai potensi dan dampak lingkungan energi baru ini. International Energy Agency (IEA) meramal, produksi minyak shale bisa mencapai 9 juta barel per hari di tahun 2018 mendatang.