kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   0,00   0,00%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Terdampak Real Estate China, Laba Standard Chartered Merosot Jadi US$ 633 Juta


Kamis, 26 Oktober 2023 / 15:02 WIB
Terdampak Real Estate China, Laba Standard Chartered Merosot Jadi US$ 633 Juta
ILUSTRASI. Logo Standard Chartered terpampang di cabang utamanya di Hong Kong, Tiongkok, 1 Agustus 2017. Laba Standard Chartered Turun US$ 633 Juta Karena Real Estate China.


Reporter: Vina Destya | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – HONG KONG. Standard Chartered (StanChart) mencatatkan penurunan laba sebelum pajak pada Kuartal III tahun 2023, mencapai US$ 633 juta. 

Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan analis. Penurunan ini terutama disebabkan oleh kerugian hampir US$ 1 miliar akibat eksposurnya pada sektor real estat dan perbankan di China.

Menurut data dari Reuters, di periode yang sama tahun 2022, StanChart mencatat laba sebelum pajak sebesar US$ 996 juta. Ini jauh lebih tinggi dari rata-rata estimasi 16 analis yang dikeluarkan oleh StanChart, yaitu US$ 1,41 miliar.

Sebagai dampak dari laporan ini, saham StanChart di Hong Kong mengalami penurunan sekitar 5% setelah perdagangan di sesi sore. 

Baca Juga: Standard Chartered Gandeng Plan Indonesia Majukan Sektor UMKM di Kupang

Di sisi lain, beban penurunan kredit StanChart naik US$ 62 juta, dari US$ 294 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah beban sebesar US$ 186 juta terkait dengan pasar real estat komersial di China yang mengalami masalah.

Meski StanChart telah memperkuat ekspansinya, kerugian besar yang terjadi di China menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh bank dalam meningkatkan keuntungan di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Ini terjadi di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kerugian pinjaman.

Total eksposur StanChart pada real estat di China saat ini adalah US$ 2,7 miliar, turun US$ 200 juta dari kuartal sebelumnya. Meskipun pemerintah China telah berupaya melonggarkan kebijakan, ekonominya tetap tidak stabil, terutama akibat krisis dalam pasar properti. Banyak kasus gagal bayar utang dan kurangnya dukungan pemerintah semakin memperburuk situasi.

Baca Juga: Standard Chartered Ikut Mendorong Upaya Bersama Atasi Masalah Iklim Dunia

Beberapa bank domestik di China melaporkan tekanan margin di tengah tekanan ekonomi. Sementara itu, bank asing dengan eksposur yang lebih kecil kini mulai merasakan dampak yang lebih besar. Ini terjadi seiring memburuknya sentimen dan kebijakan pemerintah untuk menurunkan suku bunga.

StanChart mencatat kerugian dari investasinya di bank China Bohai di kota pesisir timur Tianjin. Hal ini terkait dengan suku bunga yang lebih rendah dan penurunan margin pinjaman.

China Bohai sendiri melaporkan penurunan pendapatan bunga bersih sebesar 17,8% pada paruh pertama tahun 2023, yang berdampak pada penurunan laba keseluruhan sebesar 7%.

Baca Juga: Standard Chartered Jual Bisnis Penyewaan Jet kepada AviLease Senilai US$ 3,6 Miliar

Namun, StanChart tetap optimis. Mereka percaya dapat mencapai target laba atas ekuitas 10% di tahun 2023 dan 11% di tahun 2024. Meskipun demikian, beberapa perkiraan kinerja untuk tahun ini telah direvisi turun.

Sebagai catatan tambahan, pendapatan dari divisi trading Financial Markets StanChart di Kuartal III 2023 turun 8% dibandingkan periode yang sama di tahun 2022. Hal ini disebabkan oleh turunnya volatilitas pasar yang mengurangi minat nasabah untuk trading, terutama pada produk yang berkaitan dengan suku bunga, komoditas, dan valuta asing.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×