Sumber: Reuters | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - CORME, SPANYOL. Di atas bebatuan terjal di Costa da Morte, Spanyol barat laut, para nelayan berseragam wetsuit menghadapi gelombang yang menghantam keras saat mereka memetik teritip leher angsa (gooseneck barnacle). Hidangan istimewa yang menjadi tradisi Natal ini kini terancam oleh perubahan iklim dan berbagai faktor lainnya.
Teritip leher angsa dari wilayah Galicia adalah komoditas yang sangat berharga, terutama selama musim liburan, dengan harga yang mencapai hingga 200 euro (sekitar US$208) per kilogram. Selain cita rasanya yang khas, nilai teritip ini juga ditentukan oleh kesulitan proses pemanenannya.
Namun, kenaikan suhu laut akibat perubahan iklim telah memberikan dampak serius pada habitat alami teritip yang biasanya berkembang di perairan dingin. Studi terbaru dari Universitas Vigo juga mengaitkan perubahan pola gelombang laut dengan penurunan kualitas teritip ini.
Baca Juga: Pidato Natal Raja Charles Tahun Ini Menghentikan Tradisi Kerajaan setelah 14 Tahun
Penurunan Populasi Teritip dan Ancaman Bagi Percebeiros
Israel Martinez, seorang juru lelang di pasar ikan A Coruna, mengungkapkan bahwa populasi teritip sekarang hanya separuh hingga sepertiga dari jumlahnya sepuluh tahun lalu.
Hal ini menunjukkan penurunan signifikan akibat kombinasi perubahan iklim dan aktivitas manusia.
Meskipun pemerintah telah menetapkan peraturan ketat, seperti membatasi hasil tangkapan harian menjadi 7 kg per nelayan, aktivitas penangkapan ilegal tetap meningkat karena tingginya nilai ekonomi teritip.
Baca Juga: Ucapakan Selamat Natal 2024, Menag Nasaruddin: Momentum Membumikan Ajaran Agama
Para percebeiros – sebutan untuk pemetik teritip berlisensi – mendesak peningkatan patroli di sepanjang pantai untuk mengurangi aktivitas para penangkap ilegal yang merugikan ekosistem.
Profesi Berisiko Tinggi yang Semakin Memudar
Profesi sebagai percebeiro dikenal berisiko tinggi akibat kondisi kerja yang ekstrem, seperti ombak besar dan medan yang berbahaya.
Menurut Roberto Vidal, seorang percebeiro berusia 36 tahun yang telah bekerja sejak usia 16, tradisi ini semakin terancam punah.
“Profesi percebeiro di Costa da Morte sedang sekarat. Ini karena perubahan iklim, peraturan yang tidak masuk akal, penangkapan ilegal, dan kurangnya pekerja,” ungkapnya.
Ia juga mencatat bahwa di desanya, Corme, jumlah percebeiros telah menurun drastis dari 100-200 orang menjadi hanya sekitar 30 orang saat ini.
Baca Juga: Libur Akhir Tahun, Ini Tanggal Merah, Cuti Bersama Desember 2024 & Libur Sekolah
Rekan sesama percebeiro, Serafin Rodriguez, menambahkan bahwa generasi mendatang kemungkinan besar tidak akan dapat melanjutkan tradisi ini akibat penurunan populasi teritip.
Masa Depan Tradisi Costa da Morte
Dengan dampak perubahan iklim yang terus meningkat, tantangan regulasi, dan aktivitas ilegal, masa depan profesi percebeiro menjadi semakin tidak pasti.
Upaya konservasi, penegakan hukum, dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan menjadi kunci untuk mempertahankan tradisi ini dan melindungi ekosistem Costa da Morte.