kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,26   0,83%
  • KOMPAS100 1.105   10,12   0,92%
  • LQ45 877   10,37   1,20%
  • ISSI 221   1,09   0,50%
  • IDX30 448   5,50   1,24%
  • IDXHIDIV20 539   4,27   0,80%
  • IDX80 127   1,28   1,02%
  • IDXV30 135   0,60   0,45%
  • IDXQ30 149   1,41   0,96%

Thailand bangun jaringan kereta terbesar di Asia Tenggara


Minggu, 01 Maret 2020 / 17:46 WIB
Thailand bangun jaringan kereta terbesar di Asia Tenggara
ILUSTRASI. Ilustrasi kota Bangkok, Thailand.


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Bangkok, Salah satu kota terpadat di dunia kini tengah mencari solusi untuk mengatasi masalah kemacetannya dengan membangun serta memperluas jaringan kereta terbesar di Asia Tenggara.

Jaringan kereta ini tak cuma akan menyambungkan seluruh kota besar di Thailand ke Bangkok, melainkan juga akan terkoneksi hingga ke China, dan Singapura.

Pemerintah Thailand telah berkomitmen untuk mengucurkan dana US$ 21 miliar untuk pengembangan jaringan kereta yang tersambung dengan Bangkok, termasuk memperluas jaringan, dan membangun moda kereta super cepat. Dana khusus senilai US$ 1,3 miliar akan digunakan untuk membangun terminal transit di Bangkok yang akan jadi terbesar se-Asia Tenggara saat beroperasi 2021 mendatang.

Baca Juga: Berlibur ke luar negeri saat wabah corona, travel advice Thailand bisa jadi masukan

Rencana ini jadi salah satu aksi pemerintah Thailand untuk mengurangi polus udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, pabrik-pabrik yang selama beberapa bulan terakhir jadi kambing hitam buruknya kualitas udara Thailand. 
Pemerintah juga mengimbau agar masyarakat lebih mengutamakan penggunaan transportasi publik, alih-alih kendaraan pribadi.

“Ini akan jadi mendukung ekonomi, dan kelestarian lingkungan Thailand dalam jangka panjang. Masalah polusi di negara ini telah mencapai titik dimana mesti ada aksi nyata yang dilakukan pemerintah,” kata Chief Economist Bank of Ayudhya Pcl dilansir dari Bloomberg, Minggu (1/3).

Selain untuk mengurangi tingkat polusi, pembangunan jaringan kereta ini juga dimaksudkan untuk mendongkrak ekonomi Thailand, meremajakan jaringan kereta yang telah berusia tua. Terlebih proyek infrastruktur ini juga diniatkan untuk memulihkan ekonomi Thailand setelah diterpa kekeringan berlanjut dan kemerosotan sektor pariwisatanya akibat dihantam virus corona.

Anggaran infrastruktur senilai US$ 33 miliar selama tiga tahun ke depan akan lebih banyak dihabiskan untuk proyek-proyek kereta. Niatnya untuk menarik sejumlah investasi asing, meningkatkan konsumsi, dan pemulihan ekonomi yang anjlok paling dalam selama lima tahun terakhir.

“Di tengah kondisi ekonomi global, dan suku bunga yang rendah, ini waktu yang tepat untuk pemerintah berinvestasi di proyek infrastruktur. Jika orang-orang dapat punya berpergian dengan cepat dan nyaman ekonomi akan membaik,” kata Plt. Gubernur Transportasi Kereta Thailand Voravuth Mala.

Pembangunan proyek ini diprediksi bakal menggandakan kapasitas penumpang serta pengiriman dengan lintasan ganda. Setelah beroperasi, Pemerintah Thailand memperkirakan akan ada 22 juta penumpang, dan 30 juta ton yang dapat memanfaatkan moda transportasi ini tiap tahunnya. Adapun kereta super cepat juga akan dibangun untuk menghubungkan kota-kota besar di Thailand dengan Bangkok.

Varavuth berharap pada 2037, panjang jaringan bakal meluas hingga 60% dari kondisi saat ini dimana sejumlah rute dari dan menuju sejumlah objek wisata juga bakal ditambah. Sementara kereta super cepat Thailand akan terhubung dengan jaringan kereta di Ibukota Lao, VIentiane, Cina dan bakal dibangun Pemerintah Cina seusai komitmen dari Belt and Road Initiative (BRI).

“Kontrak dengan Cina akan dibuat dalam Dollar AS,” kata Sekretaris Dewan Menteri Ekonomi Kobsak Potrakool. 

Baca Juga: Terpapar perang dagang, pertumbuhan ekonomi Thailand 2019 hanya 2,4%

“Membeli sejumlah besar Dollar AS pada hari penandatangan kontrak akan melemahkan Baht Thailand dan membalikkan arus.” Ini pertama kalinya Dollar AS dipergunakan sebagai mata uang kontrak pemerintah.

Sementara saat ini fase pertama pembangunan sepanjang 608 kilometer telah dimulai. Fase kedua yang akan menghubungkan jaringan kereta dengan China, dan Laos saat ini masih dalam proses desain. Sejumlah kontrak pembangunan jaringan kereta super cepat sepanjang 668 kilometer, dan 970 kilometer kini juga tengah disiapkan.

Adapun Stasiun Bangkok yang akan jadi terminal transit rencananya bakal rampung dibangun tahun depan. Saat ini sejumlah lokomotif diesel tua juga telah mengantri untuk diremajakan dengan lokomotif listrik.

Pengembangan yang terjadi memang tak akan melampaui jaringan kereta di Cina, dan Jepang. Namun apa yang akan dilakukan Thailand sejatinya lebih progresif dibandingkan kedua negara tersebut. Sebab, dua negara tersebut memang telah mengembangkan jaringan kereta secara bertahap selama tujuh dekade terakhir. Sementara Thailand, sejak 1951 hingga ini cuma menambah panjang lintasan 700 kilometer.

“Investasi jaringan kereta memang dibutuhkan buat pembangunan Ekonomi. Hanya saja untuk Thailand punya masalah cukup penting soal bagimana proyek ini dilaksanakan, soal korupsi jadi salah satu tantangannya,” kata Profesor Departemen Bisnis International, Logistik, dan Transportasi Tammasat Business Scholl Pavida Pananond.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×