Sumber: VnExpress International | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Thailand tengah mempertimbangkan kebijakan baru berupa pengenaan pajak atas perdagangan emas fisik.
Langkah ini bertujuan memperlambat reli baht yang dalam beberapa bulan terakhir menguat signifikan hingga mengancam daya saing ekspor dan sektor pariwisata negara tersebut.
Menurut laporan Bloomberg, Bank of Thailand (BoT) bersama Kementerian Keuangan sedang membahas kemungkinan penerapan pajak terhadap emas yang diperdagangkan melalui berbagai saluran online dan diselesaikan menggunakan baht.
Baca Juga: Indeks Sentimen Industri Thailand Jatuh ke Level Terendah Dalam Tiga Tahun
Pengecualian dalam Aturan Pajak
Meski begitu, rencana pajak ini disebut tidak akan mencakup semua bentuk transaksi emas. Pajak kemungkinan tidak berlaku untuk:
-
Perdagangan emas yang menggunakan dolar AS
-
Transaksi di bursa berjangka
-
Pembelian emas langsung dari toko emas fisik
Dengan kebijakan ini, pemerintah berharap dapat mengurangi ekspor emas dan meningkatkan biaya kepemilikan emas bagi warga Thailand.
Lonjakan Ekspor Emas Dorong Penguatan Baht
Data resmi menunjukkan bahwa ekspor emas Thailand melonjak 69% menjadi THB254 miliar (sekitar US$8 miliar) dalam tujuh bulan pertama 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Vietnam Geser Thailand sebagai Destinasi Favorit Wisatawan China
Lonjakan ekspor tersebut berkontribusi pada surplus neraca berjalan yang lebih besar dari perkiraan, sekaligus memperkuat nilai baht.
Baht Jadi Mata Uang Terkuat di Kawasan
Bank Sentral Thailand melaporkan bahwa baht telah terapresiasi sekitar 7% sejak awal tahun, menjadikannya mata uang terkuat di Asia Tenggara menurut laporan The Nation.
Selain ekspor emas, kenaikan harga emas global turut mempercepat arus masuk modal dan mendukung penguatan baht.
Namun, penguatan berlebihan menimbulkan kekhawatiran karena ekspor dan pariwisata menyumbang 70% dari PDB Thailand. Baht yang terlalu kuat membuat produk ekspor lebih mahal di pasar global dan mengurangi daya tarik Thailand sebagai destinasi wisata.
Baca Juga: Susul Thailand dan Singapura, Rokok di Myanmar Wajib Kemasan Standar
Reaksi Pelaku Industri dan Usulan Solusi
Dalam pertemuan dengan Asosiasi Pedagang Emas Thailand, bank sentral meminta para pelaku industri untuk lebih ketat memantau transaksi emas dalam denominasi baht guna mengurangi risiko nilai tukar sekaligus mencegah praktik ilegal.
Sementara itu, Federation of Thai Industries (FTI) menilai kurs ideal baht seharusnya berada di kisaran THB34–35 per dolar AS, dibandingkan level saat ini di THB31–32.
FTI juga menyarankan agar perdagangan emas dikecualikan dari perhitungan neraca berjalan. Hal ini diharapkan bisa mengurangi pengaruh fluktuasi emas terhadap pergerakan baht.