Sumber: AP News | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan melakukan pemotongan suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat tahun, yang diharapkan dapat mengurangi biaya pinjaman bagi konsumen dan bisnis.
Langkah ini dilakukan setelah inflasi yang sempat melonjak berhasil dikendalikan, memberikan ruang bagi The Fed untuk fokus pada pemulihan ekonomi yang melemah. Namun, masih ada ketidakpastian tentang seberapa besar pemotongan suku bunga yang akan diumumkan.
Pemotongan Suku Bunga: Seperempat atau Setengah Persen?
Meskipun inflasi telah turun mendekati target The Fed sebesar 2%, para pejabat bank sentral kini lebih memperhatikan pasar tenaga kerja yang melemah. Wall Street dan beberapa ekonom memperkirakan kemungkinan bahwa The Fed akan mengambil langkah besar dengan memotong suku bunga sebesar setengah persen.
Namun, sebagian besar analis masih memperkirakan pemotongan yang lebih moderat sebesar seperempat persen.
Jika The Fed memutuskan pemotongan setengah persen, ini akan menandakan komitmen kuat untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sehat sekaligus mengatasi inflasi. Pemotongan suku bunga ini kemungkinan besar merupakan awal dari serangkaian pemotongan yang akan berlanjut hingga 2025.
Baca Juga: Ekonom Ramal BI Bakal Pangkas Lagi BI Rate 25 bps Akhir 2024, dan 50 bps di 2025
Inflasi Mereda, Tantangan Baru Muncul
Inflasi, yang sempat mencapai puncaknya pada 9,1% pada Juni 2022, kini telah merosot ke 2,5%, mendekati target The Fed.
Pejabat bank sentral berhasil menekan inflasi dengan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 11 kali pada tahun 2022 dan 2023, hingga mencapai 5,3%. Langkah ini berhasil memperlambat laju pinjaman dan pengeluaran, yang pada akhirnya mendinginkan perekonomian.
Namun, pertumbuhan upah telah melambat, yang berarti tekanan inflasi dari sisi biaya tenaga kerja juga berkurang. Harga minyak dan gas yang menurun juga menunjukkan bahwa inflasi akan terus mendingin dalam beberapa bulan mendatang.
Konsumen mulai menolak harga-harga yang tinggi, memaksa perusahaan seperti Target dan McDonald's untuk menawarkan diskon dan promosi.
Pasar Tenaga Kerja: Fokus Baru The Fed
Meski pasar tenaga kerja tetap kuat, pertumbuhan lapangan kerja telah melambat, dan tingkat pengangguran meningkat hampir satu persen dari titik terendah dalam setengah abad pada April 2023 menjadi 4,2%.
Kenaikan ini lebih disebabkan oleh banyaknya tenaga kerja baru, seperti lulusan baru dan imigran, yang mencari pekerjaan, daripada pemutusan hubungan kerja (PHK).
Jerome Powell, Ketua The Fed, menegaskan bahwa lembaganya berkomitmen mendukung pasar tenaga kerja yang kuat. Namun, Powell juga menyatakan bahwa "pelemahan lebih lanjut" di pasar tenaga kerja tidak akan diterima dengan baik, yang mengindikasikan bahwa ia mungkin akan mendorong pemotongan suku bunga yang lebih besar.
Baca Juga: 5 Alasan BI Pangkas Suku Bunga Lebih Cepat dari The Fed
Implikasi Pemotongan Suku Bunga
Pemotongan suku bunga akan berdampak besar pada biaya pinjaman, mulai dari kredit pemilikan rumah, pinjaman mobil, hingga kartu kredit. Selain itu, biaya pinjaman bagi bisnis juga akan menurun, yang dapat mendorong pertumbuhan investasi dan pengeluaran perusahaan.
Penurunan suku bunga juga dapat memberikan dorongan bagi pasar saham, yang sering kali bereaksi positif terhadap kebijakan moneter yang longgar.
Dengan penurunan suku bunga, konsumen dan bisnis berpeluang untuk merestrukturisasi pinjaman mereka ke tingkat bunga yang lebih rendah. Hal ini dapat mengurangi beban utang dan meningkatkan daya beli, yang pada akhirnya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.
Tingkat Suku Bunga "Netral"
Salah satu perdebatan utama adalah tentang di mana tingkat suku bunga "netral" seharusnya berada. Suku bunga netral adalah tingkat di mana kebijakan moneter tidak memperlambat atau mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Banyak analis memperkirakan bahwa tingkat netral berada pada kisaran 3% hingga 3,5%. Para ekonom yang mendukung pemotongan setengah persen berpendapat bahwa suku bunga saat ini terlalu tinggi, mengingat inflasi yang sudah mulai menurun.
Namun, beberapa ekonom lain memperingatkan bahwa The Fed biasanya hanya memotong suku bunga sebesar setengah persen atau lebih dalam situasi darurat, seperti yang terjadi pada Maret 2020 ketika pandemi melanda perekonomian.
Baca Juga: Harga Minyak Stabil, Fokus Investor Tertuju Pada Keputusan The Fed
Dengan perekonomian yang masih menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang sehat pada kuartal Juli-September, beberapa pejabat The Fed mungkin memilih untuk tidak terburu-buru dalam memotong suku bunga.
Dampak Terhadap Suku Bunga Pinjaman
Kabar baiknya adalah bahwa banyak suku bunga pinjaman telah mulai turun seiring dengan sinyal dari The Fed tentang pemotongan suku bunga. Rata-rata suku bunga hipotek 30 tahun, misalnya, turun menjadi 6,2% pekan lalu, level terendah dalam 18 bulan terakhir, turun dari puncaknya hampir 7,8%.
Suku bunga lain, seperti hasil surat utang Treasury lima tahun, yang memengaruhi suku bunga pinjaman mobil, juga telah turun.