Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BENGALURU. Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) diperkirakan kembali menurunkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali lagi pada tahun ini, masing-masing pada akhir Oktober dan Desember 2025.
Proyeksi itu muncul dari jajak pendapat terbaru Reuters terhadap para ekonom, yang menunjukkan pergeseran pandangan terhadap arah kebijakan moneter AS.
Dari 117 ekonom yang disurvei pada 15–21 Oktober, sebanyak 115 memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 3,75% – 4,00% pada rapat tanggal 29 Oktober mendatang.
Sebagian besar juga memperkirakan penurunan serupa akan kembali terjadi pada Desember.
Baca Juga: CEO JPMorgan: The Fed Sulit Pangkas Suku Bunga Jika Inflasi AS Tak Turun!
Perkiraan ini berubah dibanding sebulan lalu, ketika para ekonom hanya memperkirakan satu kali pemangkasan tahun ini.
Perubahan sentimen terjadi setelah para pembuat kebijakan The Fed memberi sinyal akan melakukan penyesuaian tambahan guna menahan perlambatan pasar tenaga kerja yang mulai terlihat.
The Fed tampak lebih memprioritaskan kondisi pasar kerja dibanding kekhawatiran inflasi yang masih tinggi, terutama setelah pemangkasan pertama sebesar 25 basis poin bulan lalu, langkah pertama sejak Desember tahun lalu.
“Sekitar separuh anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) kini lebih fokus pada pasar tenaga kerja, sementara separuh lainnya masih khawatir terhadap risiko inflasi,” kata Ryan Wang, ekonom AS di HSBC.
“Tantangannya adalah menentukan apakah perlambatan ini disebabkan oleh turunnya permintaan atau pasokan tenaga kerja, karena itu akan memengaruhi arah kebijakan moneter.”
Baca Juga: The Fed Berpeluang Pangkas Suku Bunga: Ini Ramalan Broker Besar di September 2025
Namun, data sektor swasta terbaru menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja masih relatif stabil, dengan angka PHK dan perekrutan yang berjalan moderat.
Median hasil survei memperkirakan tingkat pengangguran akan bertahan di sekitar 4,3%hingga 2027, tidak jauh berbeda dari bulan sebelumnya.
Inflasi yang menjadi sasaran The Fed sebesar 2% juga diperkirakan tetap di atas level itu dalam beberapa tahun ke depan.
Data resmi yang tertunda akibat penutupan pemerintahan AS selama tiga minggu diperkirakan akan menunjukkan inflasi konsumen naik ke 3,1% pada September dari 2,9% di Agustus.
Meski demikian, arah suku bunga untuk tahun 2026 masih menjadi tanda tanya besar. Para ekonom terbelah hingga tujuh perkiraan berbeda, dari kisaran 2,25%–2,50% hingga 3,75%–4,00%, dipicu ketidakpastian mengenai siapa yang akan menggantikan Ketua The Fed Jerome Powell setelah masa jabatannya berakhir pada Mei 2026.
Baca Juga: Gubernur The Fed Dukung Pemangkasan Suku Bunga 25 Basis Poin Akhir Oktober Ini
Sebagian besar ekonom sekitar 76% dari mereka yang disurvei menilai risiko terbesar dari siklus pemangkasan ini adalah suku bunga bisa turun terlalu rendah.
Presiden Donald Trump disebut terus menekan Powell agar memangkas suku bunga lebih agresif.
“Risikonya, kita bisa melihat lebih banyak pemotongan suku bunga tahun depan,” ujar Brett Ryan, ekonom senior AS di Deutsche Bank.
“Ancaman terhadap independensi The Fed kini lebih tinggi dibanding masa pemerintahan sebelumnya.”
Baca Juga: Trump Desak The Fed Segera Pangkas Suku Bunga, Sindir Powell Terlambat Bertindak
Dengan ketidakpastian inflasi, kondisi pasar tenaga kerja yang melambat, serta tekanan politik yang meningkat, keputusan The Fed dalam beberapa bulan ke depan akan menjadi salah satu faktor penentu utama arah ekonomi global.