Reporter: Maria Gelvina Maysha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Rabu, Bank Sentral Amerika atau The Fed menaiKkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% ke level 4,75%.
Keputusan ini mengindikasikan akan berhentinya kenaikan lebih lanjut pada biaya pinjaman setelah keruntuhan dua bank AS baru-baru ini.
Adapun Chairman The Fed Jerome Powell berusaha meyakinkan investor tentang kesehatan sistem perbankan.
Ia bilang bahwa manajemen Silicon Valley Bank (SVB) memang gagal parah, tetapi keruntuhan bank tersebut tidak jadi tanda bahwa sistem perbankan di Amerika buruk secara keseluruhan. Ia memberi contoh misalnya pada pengambilalihan Credit Suisse yang berjalan positif.
Baca Juga: The Fed Menaikkan Suku Bunga 25 Bps Menjadi 4,75% - 5%, Bagaimana Selanjutnya?
"Ini bukan kekurangan yang meluas dari sistem perbankan," ujar Powell dilansir dari Reuters, Kamis (23/3).
Di samping itu, pernyataan The Federal Open Market Committee policy juga mengaminkan bahwa sistem perbankan AS sehat dan tangguh.
Selain itu, CEO Citigroup Inc, Jane Fraser juga menyatakan kepercayaannya pada bank-bank AS. Ia bilang gejolak baru-baru ini tidak mewakili krisis kredit.
“Ini adalah situasi di mana beberapa bank memiliki beberapa masalah, dan lebih baik memastikan bahwa kita mengantisipasi sejak awal," ujar Fraser.
Sementara para pimpinan sibuk memulihkan kepercayaan pada sistem perbankan, dikabarkan CEO JPMorgan Chase & Co, Jamie Dimon dijadwalkan akan bertemu Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Lael Brainard.
Baca Juga: Wall Street Turun Tajam, Dow Kehilangan Lebih dari 500 Poin
Di satu sisi, Bursa Saham AS atau Wall Street melemah tajam setelah Powell mengatakan dalam konferensi pers bahwa para pejabat masih berniat memerangi inflasi sembari mengamati sejauh mana kegagalan bank baru-baru ini telah menghambat permintaan dan pinjaman.
First Republic Bank juga malah bermasalah setelah Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan tidak ada kepastian soal asuransi untuk semua simpanan.
Yellen mengatakan bahwa pemerintah tidak mempertimbangkan untuk mengasuransikan semua simpanan bank yang sebelumnya tidak diasuransikan. Selain itu, Departemen Keuangan belum membuat pertimbangan terkait jaminan aset, katanya.
Sebelumnya, sektor perbankan berada dalam kekacauan setelah Otoritas Keuangan California pada 10 Maret lalu menutup SVB.
Runtuhnya SVB dan Signature telah menurunkan saham perbankan karena investor khawatir dengan efek dominonya.
Baca Juga: SVB Kolaps, Dana Asing Rp 9,62 Triliun Masuk ke Pasar SBN dalam Sepekan
Keruntuhan tersebut pula menyebabkan Credit Suisse diambil alih oleh UBS Group untuk menghindari krisis yang lebih luas.
Kebijakan The Fed yang terus-terusan menaikan suku bunga untuk mengendalikan inflasilah yang jadi salah satu faktor penyebab krisis sektor perbankan tersebut.