Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. The Federal Reserve mempertimbangkan untuk kembali mempertahankan suku bunga rendah. Tujuannya untuk lebih cepat mengekselerasi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pasca pandemi corona.
Mengutip Reuters, Kamis (2/7), pada risalah rapat The Fed 9-10 Juni 2020 lalu, para pemangku kebijakan menunjukkan dukungannya untuk mempertahankan suku bunga rendah sampai inflasi AS mencapai target The Fed sebesar 2% atau lebih.
Sementara beberapa pemangku kebijakan lain memiliki preferensi untuk lebih mengaitkan tingkat suku bunga dengan tingkat pengangguran. Adapun yang lainnya ingin agar kebijakan moneter lebih dilonggarkan hingga jangka waktu tertentu, ini serupa kebjakan yang dilakukan Fed pada 2012-2013.
Baca Juga: Jika ini terjadi, Trump bisa terdepak dari bursa pemilihan presiden AS
Meski demikian ada pula yang mengingatkan, mempertahankan bunga rendah bukan langkah bijak mengingat risiko stabilitas keuangan. Namun, risalah rapat menunjukkan secara umum para pemangku kebijakan The Fed mendukung adanya acuan buat publik. Sejumlah alternatif buat mengontrol kurva imbal hasil, juga sejumlah alternatif lain juga dibahas.
Pejabat-pejabat The Fed sendiri makin waspada potensi hantaman ekonomi AS, dan berpotensi menjadi yang terburuk setelah Perang Dunia II akibat pandemi corona. Meskipun mereka menyebut masih siap memberikan sejumlah stimulus ke depannya.
“Para anggota mencatat bahwa mereka memeprtahanan target sampai yakin ekonomi bisa pulih setelah melewati masa sulit, dan dapat kembali tumbuh untuk mencapi target maksimum dan stabilitas harga,” demikian risalah rapat The Fed Fed.
The Fed sendiri telah berulang kali menyebutkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS sangat berada dalam ketidakpastian. Pemulihan ekonomi akan sangat tergantung bagaimana pemerintah AS dapat mengendalikan pandemi yang telah menewaskan 127.000 orang.
Sementara sejak pertemuan tersebut, lonjakan infeksi corona di AS juga meningkat tinggi dan membuat pembukaan kembali aktivitas ekonomi kembali terancam, karena negara-negara bagian berpotensi kembali melakukan penutupan.
Ekonomi AS sendiri telah tergelincir ke dalam resesi sejak Februari 2020 lalu, output ekonomi dan ketersediaan lapangan kerja masih berada di bawah tingkat prakrisis, meskipun sudah mulai terkerek akibat pembukaan ekonomi. Sementara, 30 juta orang atau setara seperlima angkatan kerja diprediksi telah menerima bantuan sosial sejak minggu pertama Juni.
Sebelumnya, The Fed menebak pertumbuhan ekonomi AS bakal merosot hingga minus 6,5% dengan rasio tingkat pengganguran melonjak hingga 9,3% pada akhir tahun. Selain memangkas suku bunga, Fed juga telah memompa triliunan dollar untuk menjaga kredit mengalir ke bisnis dan masyarakat.
Baca Juga: Pengakuan Trump: Saya semakin senang dengan Pimpinan The Fed Powell saat pandemi