Sumber: CNN | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) kembali menantang klaim China di Laut Cina Selatan. Kamis (28/5), Angkatan Laut AS berlayar dengan kapal perusak rudal USS Mustin di dekat Kepulauan Paracel yang diklaim China masuk wilayahnya.
Ini untuk kali ketiga, Angkatan Laut AS secara terbuka menantang klaim China atas wilayah tersebut.
Sebelumnya, Angkatan Laut AS telah dua kali berlayar kapal perang dalam upaya yang sama untuk menantang klaim Cina ke pulau Paracel dan Spratly pada bulan lalu dan melakukan operasi serupa di dekat Kepulauan Paracel pada bulan Maret 2020.
Baca Juga: Hong Kong jadi medan pertempuran sengit baru Amerika-China, berikut kronologinya
Aksi Angkatan laut AS ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan China pada sejumlah masalah. Termasuk upaya Partai Komunis China untuk melakukan kontrol yang lebih besar atas Hong Kong dan tanggung jawab atas penyebaran wabah virus corona.
"Pada 28 Mei (waktu setempat), USS Mustin (DDG 89) menegaskan hak navigasi dan kebebasan di Kepulauan Paracel, konsisten dengan hukum internasional," tandas Letnan Anthony Junco, juru bicara Armada ke-7 Angkatan Laut AS dalam sebuah pernyataan yang dikutip CNN.
"Dengan melakukan operasi ini, Amerika Serikat mendemonstrasikan bahwa perairan ini berada di luar apa yang China dapat klaim secara hukum sebagai laut teritorialnya," tambah pernyataan itu.
USS Mustin melewati 12 mil laut dari Kepulauan Woody dan Pyramid Rock, kata seorang pejabat Angkatan Laut AS.
Angkatan Laut AS juga memposting operasi di Kepulauan Parcel itu di akun twitter.
#USSMustin (DDG 89) transits the #SouthChinaSea near the Parcel Islands, May 28, 2020. Mustin is conducting operations in support of security and stability in the Indo-Pacific, assigned to Destroyer Squadron (DESRON) 15 and @US7thFleet. pic.twitter.com/IEZPTpwRXv — U.S. Navy (@USNavy) May 28, 2020
China sendiri mempertahankan lapangan terbang di Pulau Woody dan telah mendaratkan pesawat pembom strategis di sana pada masa lalu.
Baca Juga: Jubir Luhut: Kenapa butuh 500 TKA China? Untuk mempercepat pembangunan smelter