kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tingginya Popularitas Mobil Listrik China Bikin AS Gelisah


Minggu, 10 Maret 2024 / 06:20 WIB
Tingginya Popularitas Mobil Listrik China Bikin AS Gelisah
ILUSTRASI. ROBO-01, mobil konsep 'robot' buatan perusahaan kendaraan listrik (EV) Baidu, Jidu Auto, ditampilkan selama pratinjau media sebelum debutnya di Beijing, China, 8 Juni 2022.


Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat mengakui bahwa China memiliki kemampuan distribusi dan pemasaran mobil listrik yang sangat baik. Keberhasilan China di pasar itu pun mulai membuat AS khawatir.

Menteri Energi AS, Jennifer Granholm, mengatakan bahwa pihaknya mulai prihatin dengan pengaruh China terhadap industri di AS. Di sisi lain, Granholm tetap percaya diri AS mampu menjadi pemain penting di sektor tersebut.

Perusahaan mobil listrik asal China berhasil melahirkan produk dengan harga rendah. Langkah ini dikhawatirkan mampu merugikan produsen mobil besar AS, yang beberapa di antaranya baru-baru ini fokus pada kendaraan sport besar bertenaga bensin.

Baca Juga: Produsen Mobil Listrik Tiongkok Berbondong-bondong Masuk ke Pasar Australia

Terkait hal itu, Granholm mengatakan AS tidak ingin China memiliki pengaruh yang besar di pasar panel surya.

"Teknologi tenaga surya ditemukan di sini (AS) dan diabaikan serta dijauhi karena pasar sudah kebanjiran produk itu," katanya pada acara Axios di Washington hari Rabu (6/3), dikutip Reuters.

Granholm mengatakan, produsen mobil AS dapat menurunkan harga kendaraan listrik dengan insentif dari Undang-Undang Pengurangan Inflasi AS (IRA) dan program lainnya.

Baca Juga: Mercedes-Benz Yakin Pasar Mobil Listrik Premium Akan Tumbuh Positif Tahun Ini

Granholm menyebutkan kredit US$4.000 di IRA untuk pembelian mobil listrik bekas sebagai salah satu insentif yang dapat membantu memacu permintaan.

"China berinvestasi dalam jumlah besar untuk tujuan bigfooting, sehingga kita perlu memahami bahwa penting bagi masyarakat untuk membeli kendaraan listrik dengan harga yang terjangkau," lanjut sang menteri.

Bulan lalu Departemen Perdagangan AS membuka penyelidikan apakah impor kendaraan China menimbulkan risiko keamanan nasional. 

Gedung Putih mengatakan, penyelidikan ini diperlukan karena kendaraan mengumpulkan sejumlah besar data sensitif tentang pengemudi dan penumpangnya, terutama karena pengguna menggunakan kamera dan sensor untuk mencatat informasi tentang infrastruktur AS.

Selanjutnya: Suku Bunga AS Bakal Turun, Bagaimana Dampaknya Bagi Obligasi di Indonesia?

Menarik Dibaca: Hari Ini (10/3) Ada Fenomena Hari Tanpa Bayangan di Bengkulu & Kendari




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×