Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Perkembangan inflasi global mulai melandai. Langkah bank sentral menaikkan suku bunga untuk menjinakkan tingkat kenaikan harga konsumen tampaknya sudah mulai berdampak.
Inflasi AS pada Februari 2023 sudah turun menjadi 6% secara year on year (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 6,4% yoy. Bloomberg memperkirakan indeks harga konsumen (CPI) atau inflasi AS pada Maret akan melandai lagi menjadi 5,2% yoy.
Jika proyeksi tersebut tidak meleset makan inflasi AS pada Maret akan menjadi laju paling lambat terhitung sejak Mei 2021. Kendati begitu, angka tersebut tetap masih jauh dari target The Fed untuk menjinakkan inflasi ke level 2% tahun ini.
The Fed telah menaikkan suku bunga sembilan kali dalam setahun hingga Maret 2023 ke kisaran 4,75%-5%. Namun, langkah agresif ini beresiko mengirimkan ekonom AS ke jurang resesi.
Secara bulanan, Bloomberg memperkirakan harga konsumen AS naik 0,2% pada Maret, melandai dari Februari yang tercatat naik 0,4%.
Inflasi inti, di luar harga makanan dan gas yang lebih stabil, diprediksi naik 0,45% dari bulan sebelumnya dan meningkat 5,6% secar yoy.
"Inflasi inti dan layanan inti sehraus tetap tinggi. Banyak dari kekakukan ini berasal dari kenaikan sewa dan kepemilikan setara sewa (biaya KPR yang harus dibayar pemilik) yang akan mereda pada paruh kedua tahun ini," tulis Analis Bank of Amerika dalam risetnya dilansir Bloomberg, Selasa (11/4).
AS akan merilis data inflasinya pada Rabu (12/4). Sementara data tenaga kerja AS tercatat ada 136.000 tambahan lapangan kerja pada Maret dan pengangguran turun 3,5%.
Namun, penurunan angka pengangguran kemungkinan tidak akan cukup bagi The Fed untuk menghentikan kampanye kenaikan suku bunga yang agresif. Menurut data CME Group, pasar menilai ada 70% kemungkina The Fed akan menaikkan bung 0,25% pada Mei.
Zona Eropa pada Februari lalu juga mencatat penurunan inflasi menjadi 8,5% yoy dari bulan sebelumnya tercatat 8,6% yoy.
Di China, tingkat inflasi konsumen pada Maret juga melandai dengan laju kenaikan paling lambat sejak September 2021. Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan indeks harga konsumer China naik 0,7% yoy, lebih rendah dari bulan Februari yang tercatat 1%.
Data inflasi China tersebut meleset dari estimasi rata-rata ekonom yang disurvei Reuters yakni sebesar 1%. Inflasi melambat didorong oleh penurunan harga pangan.
Secara bulanan, CPI China turun 0,3% pada Maret. Sedangkan pada bulan sebelumnya tercatat turun 0,5%. Pemerintah China menargetkan inflasi tahun ini sekitar 3%.
Sementara Indeks harga produsen (PPI) turun 2,5% dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan penurunan 1,4% di bulan Februari.
Data terbaru menunjukkan pemulihan ekonomi China tetap tidak merata di bulan Maret dengan sektor jasa mengalami pemulihan yang kuat tetapi sektor manufaktur kehilangan momentum di tengah lemahnya pesanan ekspor.