Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
TOKYO. Tingkat penjualan ritel Jepang meloort untuk pertama kalinya tahun ini. Kondisi itu terjadi setelah program stimulus berakhir dan ada kenaikan pajak tembakau.
Berdasarkan data yang dirilis Kementrian Perdagangan Jepang, tingkat penjualan menurun 0,2% pada Oktober dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara, nilai tengah 11 ekonom yang disurvei Bloomberg menunjukkan adanya kenaikan sebesar 0,7%. Sementara itu, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, tingkat penjualan Jepang anjlok 1,9%.
Laporan yang dirilis hari ini tersebut menunjukkan bahwa konsumen Jepang memang memangkas anggaran belanjanya seiring berakhirnya pemberian subsidi oleh pemerintah. Selain itu, kenaikan pajak tembakau jga membuat perekonomian Jepang di kuartal III sedikit melambat. "Kondisi itu diperparah dengan masih buruknya pasar tenaga kerja sehingga tidak bisa mendongkrak permintaan domestik," jelas ekonom Yoshiki Shinke dari Dai-Ichi Life Research Institute di Tokyo.
Dia menambahkan, tren konsumen untuk berbelanja tidak anjlok. Meski begitu, Shinke memprediksi, bakal terjadi perlambatan penjualan hingga akhir tahun ini.
Asal tahu saja, program subsidi untuk mobil hemat energi berakhir September. Sementara itu, kenaikan pajak mendongkrak harga rokok. Sebelumnya, konsumen Jepang ramai-ramai membeli mobil dan rokok sebelum kedua harga barang tersebut melonjak tinggi. Kondisi itu sempat mendongkrak perekonomian Jepang tumbuh 3,9% pada kuartal lalu.