Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Penyidik menemukan bulu burung dan darah di kedua mesin jet Jeju Air yang jatuh dan menewaskan 179 orang di Korea Selatan pada bulan lalu. Hal tersebut diungkapkan sumber Reuters pada Jumat (17/1),
Pesawat Boeing 737-800, yang berangkat dari Bangkok, menuju daerah Muan yang berada di barat daya Korea Selatan, mendarat dengan posisi terbalik dan melewati landasan pacu bandara regional, lalu terbakar setelah menghantam tanggul.
Hanya dua awak yang berada di bagian ekor pesawat, yang selamat dari bencana penerbangan terburuk di Korea Selatan itu.
Sekitar empat menit sebelum kecelakaan fatal tersebut, salah satu pilot melaporkan adanya tabrakan burung dan mengumumkan keadaan darurat sebelum memulai putaran balik dan mencoba mendarat di ujung landasan yang berlawanan, menurut otoritas Korea Selatan.
Dua menit sebelum pilot mengumumkan panggilan darurat Mayday, kontrol lalu lintas udara telah mendesak kewaspadaan karena "aktivitas burung" di area tersebut.
Baca Juga: Bank of Korea Mempertahankan Suku Bunga Acuan 3% di Tengah Pelemahan Won
Penyelidik mengatakan, bulu-bulu ditemukan di salah satu mesin yang ditemukan dari lokasi kecelakaan, menambahkan bahwa rekaman video menunjukkan ada tabrakan burung di salah satu mesin.
Kementerian Transportasi Korea Selatan menolak berkomentar apakah bulu dan darah ditemukan di kedua mesin.
Dua kotak hitam pesawat, kunci untuk mengetahui penyebab kecelakaan pesawat bulan lalu, berhenti merekam sekitar empat menit sebelum kecelakaan. Hal tersebut menimbulkan tantangan bagi penyelidikan yang sedang berlangsung.
Sim Jai-dong, mantan penyelidik kecelakaan kementerian transportasi, mengatakan pada hari Minggu bahwa data yang hilang itu mengejutkan dan menunjukkan semua daya, termasuk cadangan, mungkin telah diputus, yang jarang terjadi.
Tabrakan burung yang mengenai kedua mesin juga merupakan kejadian langka dalam dunia penerbangan, meskipun ada beberapa kasus pilot yang berhasil mendaratkan pesawat tanpa menimbulkan korban jiwa dalam situasi seperti itu termasuk pendaratan di sungai "Miracle on the Hudson" di AS pada tahun 2009 dan pendaratan di ladang jagung di Rusia pada tahun 2019.