kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.555   -55,00   -0,33%
  • IDX 6.980   147,08   2,15%
  • KOMPAS100 1.012   25,10   2,54%
  • LQ45 787   21,71   2,84%
  • ISSI 220   2,17   0,99%
  • IDX30 409   11,84   2,98%
  • IDXHIDIV20 482   15,28   3,27%
  • IDX80 114   2,54   2,27%
  • IDXV30 116   2,05   1,79%
  • IDXQ30 133   4,16   3,22%

Trader Kawakan Ini Sebut Krisis Keuangan Global bisa Jadi Reset yang Dibutuhkan Dunia


Kamis, 24 April 2025 / 08:15 WIB
Trader Kawakan Ini Sebut Krisis Keuangan Global bisa Jadi Reset yang Dibutuhkan Dunia
ILUSTRASI. Trader kawakan Peter Brandt menyatakan kesiapannya menerima potensi kehancuran sistem keuangan global. REUTERS/Jeenah Moon


Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Trader kawakan Peter Brandt menyatakan kesiapannya menerima potensi kehancuran sistem keuangan global, yang ia bandingkan dengan Depresi Besar (Great Depression) tahun 1930-an.

Dalam unggahannya di platform X (Twitter) pada 21 April, Brandt menyebutkan bahwa krisis semacam itu bisa menjadi “reset total” yang dibutuhkan dunia saat ini.

“Saya akan baik-baik saja jika sistem keuangan global mengalami kehancuran (ala 1930-an). Kita perlu reset total. Jika Depresi bisa menjadi jalannya, saya setuju sepenuhnya,” tulisnya.

Kritik terhadap DEI dan Wacana Sosial Modern

Dalam pernyataan kontroversialnya, Brandt juga mengkritik inisiatif diversity, equity, and inclusion (DEI). Ia menilai bahwa dalam situasi ekonomi yang ekstrem, perhatian masyarakat akan kembali ke kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal, dan tidak akan lagi “teralihkan oleh isu-isu seperti trans dan penyimpangan lainnya.”

Pernyataan tersebut memicu perdebatan tajam di media sosial dan memunculkan kekhawatiran tentang polarisasi opini di kalangan elite keuangan.

Kilas Balik: Dampak Depresi Besar

Depresi Besar dimulai dengan kehancuran pasar saham pada tahun 1929, yang menyebabkan:

  • Dow Jones anjlok hampir 90%,

  • Pengangguran AS mencapai 25%,

  • Perdagangan global menurun lebih dari 50%.

Pemulihan kala itu memakan waktu lebih dari satu dekade.

Ketakutan Terhadap Krisis Baru

Kekhawatiran terhadap potensi krisis ekonomi baru meningkat karena ketidakpastian yang terus berlanjut dalam perdagangan AS-Tiongkok. Pada 21 April, indeks S&P 500 kehilangan $1,5 triliun dalam kapitalisasi pasar — sinyal kuat akan potensi gejolak keuangan.

Akibat volatilitas ini, banyak analis menaikkan estimasi mereka terkait risiko resesi, dengan beberapa memperkirakan peluang 90% resesi terjadi pada tahun 2025.

Baca Juga: Ini Prediksi Terbaru Robert Kiyosaki Soal Harga Bitcoin pada Akhir 2025

Prediksi Brandt: S&P 500 Turun ke 4.000

Dalam analisis sebelumnya (19 April), Brandt memperkirakan:

  • S&P 500 akan turun dari 6.133,75 ke 4.000 pada akhir 2025.

  • Penurunan nilai pada Yen Jepang, dengan proyeksi USD/JPY dari 140 ke 120.

  • Futures obligasi Treasury AS 10 tahun turun dari 110 ke 104, mengindikasikan kenaikan yield dan kondisi keuangan yang lebih ketat.

Ia mendasarkan prediksinya pada data Commitment of Traders (COT), yang menunjukkan posisi spekulatif yang tinggi — tanda bahwa pasar sedang berada di area overbought.

“Catat ini. Screenshot ini,” tegas Brandt tentang keyakinannya terhadap outlook bearish tersebut.

Baca Juga: Robert Kiyosaki: Beli Emas, Perak, dan Bitcoin Demi Untung di Masa Depan

Aset Alternatif Jadi Pilihan: Bitcoin dan Emas

Di tengah ketidakpastian, Brandt memproyeksikan:

  • Bitcoin (BTC) akan mengalami kenaikan parabolik,

  • Emas akan melampaui performa S&P 500.

Prediksi ini sejalan dengan sentimen investor global yang kini kembali melirik emas sebagai aset aman, mendorong harga logam mulia itu ke rekor tertinggi $3.500.



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×