Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Aksi merger dan akuisisi kembali bangkit pada kuartal I tahun ini setelah tahun 2023 suram. Menurut data terbaru Dealogic, total volume merger dan akuisisi secara global naik 30% menjadi US$ 755,1 miliar.
Para investment banking mengatakan, kepercayaan dewan direksi untuk membuat kesepakatan telah meningkat di tahun ini. Ini karena pendapatan yang lebih kuat, potensi penurunan suku bunga di tahun ini dan pasar modal yang lebih bersemangat.
"Ketika Anda melihat kesepakatan yang lebih besar terjadi, ini merupakan tanda dari kesehatan pasar. Karena biasanya dewan direksi akan lebih konservatif jika melihat kesepakatan dengan nilai besar," kata Blair Effron, Pendiri Investment Banking Centerview Partners, sebagaimana dilaporkan Reuters, kemarin.
Baca Juga: Asing Berlomba Lakukan Aksi Korporasi Untuk Kuasai Pasar Perbankan Indonesia
Volume transaksi merger dan akuisisi rata-rata naik di seluruh wilayah, kecuali di Asia Pasifik, yang merosot 40%. Di Amerika Serikat, transaksi merger dan akuisisi melonjak 59% menjadi US$ 431,8 miliar. Sementara transaksi di Eropa melonjak 64%.
Merger akuisisi terbesar
Aksi merger dan akuisisi terbesar adalah akuisisi Discover Financial oleh Capital One senilai US$ 35,3 miliar. Selain itu ada kesepakatan Synopsys untuk mengakuisisi perusahaan perangkat lunak Ansys US$ 35 miliar. Selanjutnya ada kerjasama Diamondback Energy senilai US$ 26 miliar dengan Endeavour Energy.
Pencarian dana melalui utang juga diperkirakan naik. Di tahun lalu, volume pembelian yang menggunakan utang merosot 7% menjadi US$ 91 miliar, karena lonjakan biaya pendanaan.
Di kuartal ini, beberapa perusahaan besar memanfaatkan valuasi yang kuat untuk membiayai transaksi besar. Beberapa perusahaan dengan peringkat investment grade banyak yang menerbitkan surat utang dengan target nilai tinggi.
Selain merger dan akuisisi, kesepakatan terstruktur seperti spin off juga mendorong volume nilai kesepakatan di tahun ini. Korporasi besar saat ini melakukan aksi strategis dengan melepaskan unit non-inti atau memisahkan bisnis yang tumbuh lebih cepat.
Contohnya adalah spin off Holcim atas operasinya di Amerika Utara dengan nilai kesepakatan lebih dari US$ 30 miliar. Selanjutnya, ada spin off unit bisnis es krim Unilever.
Baca Juga: Korean Air Sepakat Beli 33 Jet A350 dari Airbus Senilai US$ 13,7 miliar
Menurut David Dubner, Kepala Global Penataan M&A Goldman Sachs, selama kuartal I-2024 ini, ada 13 transaksi spin off secara global dengan nilai pemisahan lebih dari US$ 1 miliar. Jumlah ini naik dibandingkan periode sama pada tahun lalu, yang hanya delapan transaksi spin off.