Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
AS dan Filipina memiliki perjanjian pertahanan kolektif yang telah berusia tujuh dekade, yang berpotensi melibatkan Washington dalam konflik antara Tiongkok dan Filipina.
Washington memandang Beijing sebagai saingan strategis utamanya secara global. Setelah menjabat, Trump melancarkan perang tarif balasan dengan Tiongkok yang telah mengacaukan perdagangan global dan rantai pasokan.
Poin-poin ketegangan lain antara kedua negara termasuk dukungan Tiongkok untuk Rusia, perdagangan opioid ilegal, meningkatnya tekanan Tiongkok terhadap Taiwan, dan larangan keluar bagi beberapa penduduk Amerika.
Dalam beberapa pekan terakhir, Trump telah berusaha meredakan ketegangan, menggambarkan hubungan pribadinya dengan Xi sebagai hubungan yang sehat.
Trump telah berupaya mengenakan tarif pada hampir semua barang asing, termasuk Tiongkok dan sekutu AS di Asia seperti Filipina.
Tonton: Trump-Xi Jinping Teleponan 1,5 Jam Bahas Perang Tarif, Akan Ada Pembicaraan Lanjutan
Ia mengatakan hal ini akan merangsang manufaktur dalam negeri, tetapi para kritikus mengatakan banyak barang konsumsi akan menjadi lebih mahal bagi warga Amerika.
Presiden telah menyerukan tarif dasar universal sebesar 10% untuk barang-barang yang diimpor dari semua negara, dengan tarif yang lebih tinggi untuk beberapa negara. Impor dari Tiongkok memiliki tarif tertinggi, yaitu 55%.
Trump telah menetapkan batas waktu 12 Agustus bagi AS dan Tiongkok untuk mencapai kesepakatan tarif berkelanjutan.