Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Rabu (26/3) menyatakan kesiapannya untuk mengurangi tarif terhadap China guna mempercepat kesepakatan penjualan TikTok oleh ByteDance.
Aplikasi video pendek yang memiliki sekitar 170 juta pengguna di AS ini harus menemukan pembeli non-China sebelum tenggat waktu 5 April atau menghadapi larangan di wilayah AS atas alasan keamanan nasional.
ByteDance Dihadapkan pada Tenggat Waktu Penjualan TikTok
ByteDance diberi waktu hingga 5 April untuk menjual kepemilikannya atas TikTok kepada perusahaan berbasis di luar China. Tenggat waktu ini sebelumnya dijadwalkan berlaku pada Januari 2024, namun diundur untuk memberi kesempatan ByteDance mencari calon pembeli.
Baca Juga: Donald Trump Umumkan Tarif 25% untuk Kendaraan Impor, Picu Gejolak Perdagangan Global
Langkah ini merupakan bagian dari undang-undang yang disahkan dengan dukungan bipartisan di Kongres AS.
Washington menilai kepemilikan TikTok oleh ByteDance berpotensi menjadikannya alat bagi pemerintah China untuk menjalankan operasi pengaruh terhadap AS serta mengumpulkan data pengguna Amerika. Kekhawatiran ini menjadi dasar utama kebijakan pembatasan terhadap TikTok di AS.
Trump Siap Perpanjang Tenggat Waktu Jika Diperlukan
Dalam pernyataannya kepada wartawan, Trump mengatakan bahwa ia bersedia memperpanjang tenggat waktu 5 April jika kesepakatan penjualan TikTok belum tercapai. Ia juga mengakui bahwa peran China dalam persetujuan penjualan ini sangat penting.
Mungkin saya akan memberikan sedikit pengurangan tarif atau semacamnya agar kesepakatan ini bisa terjadi, ujar Trump.
TikTok belum memberikan komentar resmi terkait pernyataan ini.
Baca Juga: Donald Trump Bekukan Proses Aplikasi Green Card bagi Pengungsi, Apa Alasannya
Respons Pemerintah China
Kementerian Perdagangan China dalam konferensi pers reguler pada Kamis (27/3) menyatakan bahwa posisi Beijing dalam isu tarif tetap konsisten. Pemerintah China bersedia bernegosiasi dengan AS berdasarkan prinsip saling menghormati, kesetaraan, dan keuntungan bersama.
Pernyataan Trump ini menunjukkan bahwa penjualan TikTok menjadi prioritas bagi pemerintahannya, bahkan cukup penting untuk dijadikan alat negosiasi dalam kebijakan tarif terhadap China.
Tarif sebagai Alat Negosiasi dalam Penjualan TikTok
Sebelumnya, Trump telah menerapkan tarif tambahan sebesar 20% terhadap seluruh impor dari China pada Februari dan awal bulan ini. Strategi penggunaan tarif sebagai alat negosiasi bukanlah hal baru bagi Trump, yang juga mengancam akan menaikkan tarif jika China menolak kesepakatan penjualan TikTok.
Sumber Reuters melaporkan bahwa diskusi yang dipimpin Gedung Putih tengah menyusun rencana agar investor terbesar non-China dari ByteDance dapat meningkatkan kepemilikan mereka dan mengakuisisi operasi TikTok di AS.
Sejak diberlakukannya undang-undang yang mengharuskan ByteDance melepaskan TikTok sebelum 19 Januari 2024, masa depan aplikasi ini di AS terus mengalami ketidakpastian. TikTok sempat mengalami pemadaman sementara pada Januari setelah Mahkamah Agung AS mengukuhkan larangan tersebut.
Namun, layanan aplikasi kembali aktif setelah Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang menunda implementasi larangan hingga 5 April.
Baca Juga: Trump Bikin Geger Lagi! Terapkan Tarif 25% bagi Negara Pembeli Minyak dari Venezuela
Trump juga mengindikasikan kemungkinan perpanjangan tenggat waktu lebih lanjut guna memberikan kesempatan bagi dirinya untuk mengawal kesepakatan ini.
Kontroversi Larangan TikTok dan Kebebasan Berbicara
Larangan terhadap TikTok mendapat kritik dari kelompok pembela kebebasan berbicara, yang menilai bahwa pembatasan akses terhadap aplikasi ini dapat melanggar Amandemen Pertama Konstitusi AS. Mereka berpendapat bahwa langkah ini secara tidak sah membatasi akses warga AS terhadap media asing.
Namun, pemerintahan Trump tetap menegaskan bahwa kebijakan ini diperlukan untuk melindungi keamanan nasional dan kepentingan AS dari potensi ancaman pengaruh asing.
Seiring dengan semakin dekatnya tenggat waktu 5 April, perhatian dunia tertuju pada bagaimana negosiasi ini akan berkembang, serta apakah Trump akan benar-benar menggunakan tarif sebagai alat untuk mencapai kesepakatan yang diinginkan.