Sumber: Fox Business | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan pada Senin (24/3) bahwa setiap negara yang membeli minyak atau gas dari Venezuela akan dikenakan tarif 25% dalam perdagangan mereka dengan AS.
Pengumuman ini disampaikan melalui akun Truth Social resminya.
Pengumuman Resmi Trump
Dalam unggahannya, Trump menyatakan bahwa keputusan ini diambil karena Venezuela telah dengan sengaja mengirim puluhan ribu kriminal ke Amerika Serikat secara diam-diam. Menurutnya, banyak di antara mereka adalah pembunuh dan individu dengan sifat kekerasan tinggi.
"Presiden Donald J. Trump mengumumkan hari ini bahwa Amerika Serikat akan menerapkan apa yang disebut sebagai Tarif Sekunder terhadap Venezuela karena berbagai alasan, termasuk fakta bahwa Venezuela secara sengaja dan dengan cara licik mengirim ke AS puluhan ribu kriminal kelas atas dan lainnya," tulis Trump dalam unggahannya.
Baca Juga: Tarif Trump Segera Berlaku, tapi Penundaan Pungutan pada 2 April Picu Lonjakan Saham
Trump juga secara khusus menyoroti keberadaan anggota geng kriminal Tren de Aragua, yang baru-baru ini diklasifikasikan oleh Departemen Luar Negeri AS sebagai organisasi teroris asing. Selain itu, ia menegaskan bahwa AS sedang dalam proses mendeportasi mereka kembali ke Venezuela.
Dampak Tarif 25% terhadap Perdagangan Global
Tarif baru ini berpotensi memengaruhi berbagai negara, terutama China yang merupakan pelanggan terbesar minyak Venezuela. Trump sebelumnya telah memberlakukan tarif universal sebesar 25% pada impor dari China, dengan alasan perdagangan narkotika fentanyl yang dilakukan melalui perbatasan AS.
Keputusan Trump ini juga memperpanjang kebijakan perdagangan proteksionis yang telah diterapkannya sejak awal masa jabatannya. Sebelumnya, ia menaikkan tarif impor baja dan aluminium menjadi 25% untuk semua negara, termasuk mitra dagang utama seperti Kanada dan Meksiko.
April 2: "Hari Pembebasan"
Trump menetapkan 2 April 2025 sebagai "Hari Pembebasan," yang akan menandai implementasi pajak impor timbal balik terhadap berbagai negara yang dianggap telah merugikan ekonomi AS selama beberapa dekade.
"Selama bertahun-tahun, Amerika telah dieksploitasi oleh negara-negara di seluruh dunia, baik oleh sekutu maupun lawan. Sekarang saatnya Amerika mendapatkan kembali uang dan rasa hormat yang seharusnya! Tuhan memberkati Amerika!" tulis Trump.
Pernyataan ini menunjukkan tekad administrasi Trump untuk menegakkan kebijakan proteksionisnya. Namun, beberapa pejabat pemerintahan mengisyaratkan bahwa kebijakan ini mungkin tidak akan berlaku secara menyeluruh terhadap semua negara.
Baca Juga: Donald Trump ‘Mengamuk’! Perang Dagang AS Kian Memanas
Respons Pasar dan Dampak Ekonomi
Keputusan tarif ini mendapat reaksi beragam dari pasar keuangan. Beberapa analis menilai bahwa tarif sekunder ini dapat menyebabkan lonjakan harga minyak global karena mengurangi jumlah pasokan dari Venezuela ke pasar internasional.
Di sisi lain, langkah ini dapat memperburuk hubungan diplomatik AS dengan negara-negara yang bergantung pada minyak Venezuela, seperti China dan India. Meski demikian, pemerintahan Trump mengisyaratkan kemungkinan adanya fleksibilitas dalam penerapan tarif ini.
"Pasar mengantisipasi tarif yang besar terhadap setiap negara. Namun, perlu diingat bahwa hanya beberapa negara tertentu yang melakukan praktik perdagangan yang merugikan AS," ujar Direktur Dewan Ekonomi Nasional, Kevin Hassett, dalam wawancara dengan Fox News.