Sumber: Sputnik News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - ANKARA. Setelah gagal mempertahankan kontraknya dengan AS untuk mendapatkan jet tempur F-35, kini Turki mengalihkan fokusnya untuk melakukan produksi jet tempur TF-X buatan dalam negeri.
Dilansir dari Defense News (30/4), Ismail Demir, Wakil Menteri Turki untuk Industri Pertahanan, mengumumkan perubahan itu dalam sebuah wawancara di televisi.
Tiga hari sebelumnya, Temel Kotil, CEO Turkish Aerospace Industries (TAI), mengatakan, Pemerintah Turki telah mengalokasikan tambahan US$ 1,3 miliar untuk Tahap 1 Program TF-X yang melibatkan hingga 6.000 insinyur.
TAI berharap, pesawat dalam negeri yang akan sekelas dengan F-35 buatan Lockheed Martin akan terbang untuk pertama kalinya pada tahun 2025 atau 2026.
Baca Juga: Unit jet tempur F-35 pertama Denmark resmi diserahkan oleh Lockheed Martin
Pada Maret, Kotil memperkirakan biaya pesawat akan setara dengan F-35, sekitar US$ 100 juta per unit. TAI menargetkan bisa memproduksi hingga dua unit pesawat per bulan.
TAI mengungkapkan, model TF-X di Paris Air Show pada 2019. Berdasarkan detail yang diungkap, pesawat ini akan sebanding dengan F-35 dalam hal jangkauan, bobot lepas landas maksimum, dan output daya dorong mesin, tetapi akan sedikit lebih cepat, mampu mencapai Mach 2.
Gagal dapatkan F-35 dari AS karena senjata Rusia
Turki dicoret oleh Kongres AS dari kesepakatan jual beli jet tempur F-35 setelah menolak untuk membatalkan pembelian sistem pertahanan udara S-400 Triumf buatan Rusia senilai US$ 2,5 miliar.
Baca Juga: AS beri sanksi, Turki tetap pertimbangkan beli kembali rudal S-400 dari Rusia
Pejabat pertahanan AS khawatir jika sistem rudal S-400 Rusia yang digunakan Turki nantinya akan mampu mengungkap kelemahan jet siluman F-35.
Informasi tersebut bisa saja dieksploitasi oleh Rusia atau negara lain yang menggunakan rudal S-400 seperti China, dua negara yang masih menjadi rival AS.
Dilansir dari Sputnik News, awalnya Turki berharap bisa mendatangkan 100 unit F-35 dan telah menerima delapan. Delapan unit tersebut masih disimpan di lapangan terbang AS tempat pilot Turki dilatih untuk menerbangkannya.
Industri pertahanan Turki juga bertanggungjawab untuk membuat beberapa bagian untuk F-35 sebagai bagian dari tim perakitan internasional.
Dicoretnya Turki dari kesepakatan telah menyebabkan masalah di kedua sisi, dengan biaya jet diperkirakan akan meningkat sekitar 3%.