Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - ANKARA. Pemerintah Turki melalui Menteri Luar Negeri, Mevlut Cavusoglu menuntut permintaan maaf dari Prancis terkait insiden yang melibatkan kapal perang kedua di negara di Laut Mediterania.
Lebih lanjut, Turki mengharapkan adanya penyelidikan yang lebih mendalam oleh NATO terkait insiden tersebut.
Hubungan antara anggota NATO belakangan ini memang sedikit memanas akibat perang saudara di Libya. Dalam perang tersebut Turki dan Perancis diduga memberikan dukungan pada pihak yang berbeda di Libya.
Baca Juga: Presiden Turki Erdogen kemungkinan akan kembali blokir media sosial, ini penyebabnya
Turki memberikan dukungan berupa tentara bayaran terhadap Government of National Accord (GNA), sementara Prancis berdiri bersama Libyan National Army (LNA) di sisi yang berlawanan.
Meskipun begitu Perancis membantah mendukung pasukan yang dipimpin oleh Khalifa Haftar yang mencoba mempertahankan ibu kota Tripoli tersebut.
"Perancis harus meminta maaf kepada kami, bukannya memberikan informasi yang salah. Meraka (Perancis) mendukung sisi yang salah," ungkap Cavusoglu.
Sebelumnya Perancis menuduh Turki telah menyelundupkan senjata ke tengah-tengah konflik di Libya. Hal ini didasarkan pada penemuan aktivitas yang mencurigakan dari kapal Turki di Laut Mediterania bulan Juni lalu.
Perancis mengungkapkan, pada tanggal 10 Juni lalu sebuah kapal barang milik Turki tertangkap radar mereka sebanyak tiga kali kepada kapal perang Perancis.
Saat itu kapal Perancis sedang ada di dalam misi NATO untuk memeriksa apakah kapal Turki, Cirkin, menyelundupkan senjata ke Libya. Apalagi saat itu Cirkin sempat mematikan transpondernya dan tidak memberikan keterangan yang jelas.
Dalam laporannya, Menteri Angkatan Bersenjata Perancis, Florence Parly, juga menyebut kalau para pelaut yang ada di kapal Cirkin menggunakan rompi anti peluru seolah sedang melindungi sesuatu.
Baca Juga: Erdogan intip peluang investasi di balik konflik bersenjata di Libya
Kedua negara saat ini memiliki versi yang berbeda terkait insiden di Laut Mediterania tersbut. Turki tetap mendesak Perancis untuk meminta maaf karena dituding memberikan laporan yang tidak benar.
Menurut mereka, Perancis memang punya kepentingan khusus dan hendak menjatuhkan peran strategis Turki dalam konflik tersebut.
Terlebih lagi Turki baru saja mengungkapkan minatnya untuk menanam investasi di Libya. Mulai dari penyediaan pasokan listrik sampai pembangunan perumahan.