Sumber: BBC | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Ukraina akan menerima hingga 100 jet tempur Rafale F4 buatan Prancis beserta sistem pertahanan udara canggih dalam kesepakatan besar untuk memperkuat kemampuan Kyiv menghadapi serangan Rusia yang makin intensif.
Pengumuman ini disampaikan setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menandatangani letter of intent di sebuah pangkalan udara dekat Paris. Zelensky menyebut langkah tersebut sebagai keputusan yang “bersejarah”.
Pengiriman jet tempur Rafale F4 ditargetkan rampung pada 2035, sementara produksi bersama drone interseptor mulai dilakukan tahun ini. Kesepakatan tersebut berlaku selama 10 tahun mulai 2026.
Baca Juga: Ukraina Teken Kesepakatan dengan Prancis untuk Dapatkan 100 Jet Tempur Rafale
Selain jet tempur, Ukraina juga akan mendapatkan radar Prancis berkapasitas tinggi, delapan sistem pertahanan udara, serta sejumlah persenjataan mutakhir lainnya.
Zelensky menekankan bahwa teknologi tersebut sangat penting karena “setiap sistem berarti melindungi nyawa seseorang”.
Macron mengatakan pengiriman hingga 100 Rafale akan berperan besar dalam regenerasi kekuatan udara Ukraina.
Jet tempur ini dianggap krusial untuk memperkuat perlindungan udara, terutama karena Ukraina selama ini kesulitan menahan serangan jarak jauh Rusia terhadap kota-kota di perbatasan.
Dalam beberapa bulan terakhir, Rusia meningkatkan serangan drone dan rudal ke infrastruktur energi dan transportasi Ukraina, menimbulkan pemadaman luas dan menewaskan puluhan warga sipil.
Baca Juga: Perkuat Pertahanan, Pemerintah Indonesia Pesan Lagi Jet Tempur Rafale
Serangan terbaru menewaskan tiga orang dan melukai 15 lainnya di Balakliya, Ukraina timur laut.
Analis pertahanan Ukraina, Serhiy Kuzhan, mengatakan Rusia menggunakan sekitar 6.000 bom luncur setiap bulan. Karena itu, kemampuan tempur udara jarak jauh dari Rafale akan menjadi tambahan penting bagi Ukraina.
Detail pembiayaan kesepakatan ini belum final. Prancis berupaya menarik dukungan pendanaan Uni Eropa dan mempertimbangkan penggunaan aset Rusia yang dibekukan, langkah yang masih memicu perdebatan karena dinilai berisiko secara hukum dan politik.
Di internal UE, kekhawatiran muncul bahwa dana untuk membantu Ukraina mulai menipis. Selain itu, rencana memanfaatkan €140 miliar aset Rusia yang dibekukan masih belum mendapat konsensus penuh.
Baca Juga: Prancis Setujui Penjualan 100 Jet Tempur Rafale ke Ukraina: “Kesepakatan Bersejarah”
Para analis mengingatkan bahwa dampak nyata kesepakatan ini akan sangat bergantung pada waktu pengiriman dan jenis persenjataan yang menyertai jet tempur tersebut.
Selain itu, pelatihan pilot, kesiapan logistik, serta ketersediaan suku cadang akan menentukan efektivitas Rafale di medan perang.
Ukraina saat ini sudah mengoperasikan pesawat tempur Mirage dari Prancis dan F-16 buatan AS. Kyiv juga telah mencapai kesepakatan sementara untuk memperoleh jet Gripen dari Swedia.
Setelah kunjungan ke Prancis, Zelensky akan melanjutkan perjalanan ke Spanyol guna mencari dukungan tambahan. Akhir pekan lalu, Ukraina juga mengamankan kesepakatan gas dengan Yunani, yang akan membuka akses suplai LNG AS melalui jaringan pipa di Balkan pada musim dingin ini.
Baca Juga: Indonesia Pertimbangkan Jet Tempur J-10 Bekas China dan Negosiasi Su-35 Rusia
Invasi Rusia yang dimulai pada Februari 2022 kini memasuki tahun ketiga. Pasukan Moskow masih menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina dan terus melakukan serangan bertahap di sepanjang garis depan meski menghadapi kerugian besar di medan perang.













