kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.351.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.747   21,00   0,13%
  • IDX 8.417   46,45   0,55%
  • KOMPAS100 1.166   6,42   0,55%
  • LQ45 850   5,80   0,69%
  • ISSI 294   1,08   0,37%
  • IDX30 445   1,55   0,35%
  • IDXHIDIV20 514   5,58   1,10%
  • IDX80 131   0,59   0,45%
  • IDXV30 137   0,45   0,33%
  • IDXQ30 142   1,41   1,00%

Ukraina Teken Kesepakatan dengan Prancis untuk Dapatkan 100 Jet Tempur Rafale


Senin, 17 November 2025 / 18:56 WIB
Ukraina Teken Kesepakatan dengan Prancis untuk Dapatkan 100 Jet Tempur Rafale
ILUSTRASI. Presiden Zelenskiy menandatangani kesepakatan 100 jet tempur Rafale dengan Prancis. Ini upaya Ukraina perkuat pertahanan udara hadapi invasi Rusia. REUTERS/Jaimi Joy/Pool


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - PARIS. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada Senin (17/11/2025) mengumumkan bahwa ia telah menandatangani kesepakatan dengan Prancis untuk memperoleh 100 pesawat tempur Rafale, sebagai bagian dari upaya memperkuat kemampuan militer jangka panjang dalam menghadapi invasi Rusia.

Zelenskiy berada di Paris untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, di tengah meningkatnya serangan drone dan rudal Rusia dalam beberapa pekan terakhir serta laporan kemajuan pasukan Moskow di wilayah Zaporizhzhia.

Dalam konferensi pers, Zelenskiy menyatakan bahwa ia telah memerintahkan pembelian 100 jet tempur Rafale.

“Ini akan menjadi pertahanan udara terbaik, salah satu yang terbaik di dunia,” ujarnya setelah menandatangani letter of intent bersama Macron di depan sebuah jet Rafale di Pangkalan Udara Militer Villacoublay.

Baca Juga: Zelenskiy Tiba di Paris, Ukraina Siap Dapat Jet Rafale dan Rudal Baru dari Prancis

Pihak Istana Elysee mengonfirmasi jumlah pesawat, meskipun belum memberikan rincian apakah jet Rafale buatan Dassault Aviation tersebut akan berasal dari stok militer Prancis atau merupakan pesanan baru.

Bagaimana Prancis Bisa Memperkuat Pertahanan Udara Ukraina

Dua sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa penyediaan jet Rafale akan menjadi bagian dari perjanjian strategis 10 tahun antara Prancis dan Ukraina di sektor penerbangan militer.

Sebagian jet diyakini dapat langsung berasal dari stok Prancis, namun mayoritas akan menjadi bagian dari pembangunan kekuatan udara Ukraina jangka panjang, yang menargetkan 250 pesawat tempur, termasuk F-16 buatan AS dan Gripen dari Swedia.

Namun, pengoperasian Rafale membutuhkan waktu karena pilot Ukraina harus menjalani program pelatihan intensif.

Baca Juga: Rudal Rusia Kembali Hantam Kharkiv, Ukraina, Tiga Warga Tewas dan 10 Terluka

Pembicaraan internal Prancis dalam beberapa pekan terakhir fokus pada cara memperkuat pertahanan udara Ukraina, meski pemerintah Prancis tengah menghadapi tekanan politik dan anggaran.

Bulan lalu, Macron berjanji akan menambah pengiriman jet Mirage setelah sebelumnya menjanjikan enam unit, serta menyediakan rudal Aster 30 untuk sistem pertahanan udara SAMP/T yang dioperasikan Ukraina.

Sumber yang sama mengatakan kunjungan Zelenskiy juga dapat menghasilkan kesepakatan untuk penambahan sistem SAMP/T, baik dari stok Prancis maupun pesanan generasi baru, termasuk sistem anti-drone. Namun, mekanisme pendanaan kesepakatan tersebut belum jelas.

Respons terhadap “Agresi Rusia”

Dalam pengarahan kepada media, kantor Macron menyatakan bahwa tujuan Prancis adalah:

  • menghadirkan keunggulan industri persenjataan Prancis untuk mendukung pertahanan Ukraina,

  • memastikan Ukraina memperoleh sistem yang dibutuhkan untuk melawan “agresi Rusia”.

Baca Juga: Eropa Menahan Aset Rusia, Isyarat Keraguan atas Peluang Kemenangan Ukraina?

Zelenskiy pada Senin pagi menghadiri sesi pemaparan yang dihadiri berbagai produsen senjata, termasuk Dassault, sebelum menandatangani dokumen kesepakatan.

Pada sore hari, sebuah forum terpisah mempertemukan perusahaan Ukraina dan Prancis di sektor drone untuk menjajaki peluang kolaborasi.

Prancis bersama Inggris juga tengah mendorong pembentukan koalisi sekitar 30 negara yang bersedia mengirimkan pasukan dan aset ke Ukraina atau perbatasan baratnya setelah tercapainya kesepakatan damai dengan Rusia.

Tujuannya memastikan Ukraina memperoleh dukungan militer dan ekonomi jangka panjang yang diperlukan untuk mencegah serangan Rusia di masa depan.

Selanjutnya: Menilik Untung Rugi Kenaikan Minimum Free Float di Pasar Saham

Menarik Dibaca: Panorama Jalur Jakarta-Bandung jadi Daya Tarik, Pelanggan KA Parahyangan Naik 41,75%




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×