kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.351.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.756   30,00   0,18%
  • IDX 8.427   56,62   0,68%
  • KOMPAS100 1.169   9,17   0,79%
  • LQ45 851   7,06   0,84%
  • ISSI 295   1,58   0,54%
  • IDX30 445   2,31   0,52%
  • IDXHIDIV20 513   4,17   0,82%
  • IDX80 132   1,00   0,76%
  • IDXV30 137   0,65   0,47%
  • IDXQ30 142   1,26   0,90%

Eropa Menahan Aset Rusia, Isyarat Keraguan atas Peluang Kemenangan Ukraina?


Senin, 17 November 2025 / 09:37 WIB
Eropa Menahan Aset Rusia, Isyarat Keraguan atas Peluang Kemenangan Ukraina?
ILUSTRASI. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bertemu dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen di Brussels, Minggu 17 Agustus 2025, membahas rencana pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump untuk perundingan damai dengan Rusia.Uni Eropa ragu gunakan 140 miliar euro aset Rusia beku untuk Ukraina. Penundaan ini sinyal keraguan atas kemenangan Kyiv di tengah perang.


Sumber: The Conversation | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  Di tengah agresi Rusia yang terus menekan dan Ukraina yang bersiap menghadapi musim dingin ketiga perang, Uni Eropa justru mandek dalam satu keputusan krusial: apakah 140 miliar euro aset Rusia yang dibekukan harus digunakan untuk mendukung Kyiv. 

Secara resmi, alasan penundaan adalah kehati-hatian hukum. Namun di balik itu, muncul pertanyaan yang lebih tajam: apakah sebagian pemimpin Eropa mulai ragu Ukraina dapat memenangkan perang ini?

Sejak awal perang, Eropa menyuarakan dukungan penuh terhadap kedaulatan Ukraina. Namun perilaku strategis terbaru menunjukkan nada yang lebih berhitung. Debat mengenai aset beku—yang kini menjadi semacam barometer keyakinan Brussels atas masa depan Ukraina—terus berlarut.

Baca Juga: Senilai Rp 4.150 Triliun, Apa Saja dan di Mana Aset Rusia yang Dibekukan Barat?

Belgia saat ini memegang sekitar 210 miliar euro aset Rusia yang dibekukan lewat lembaga kliring Euroclear. 

Wacana yang berkembang adalah menggunakan aset tersebut sebagai pinjaman untuk Ukraina, yang nantinya hanya dibayar jika Rusia membayar reparasi pascaperang.

Namun langkah itu dianggap penuh risiko. Brussels menuntut jaminan hukum dan perlindungan kolektif dari potensi gugatan Rusia. Ada pula kekhawatiran reputasi, terutama jika China atau India nanti memandang bank-bank Eropa sebagai tempat penyimpanan dana yang tak lagi aman.

Perpecahan Sikap dalam Uni Eropa

Di dalam blok, suara mulai terbelah. Perdana Menteri Slovakia Robert Fico menangguhkan bantuan militer ke Ukraina dan menegaskan tujuan negaranya bukan mengalahkan Rusia, tetapi mengakhiri perang secepat mungkin. 

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orbán bahkan terang-terangan menyatakan Ukraina “tak dapat menang di medan perang”.

Meski keduanya dikenal berhaluan pro-Rusia, pandangan mereka mencerminkan arus realisme yang kian menguat. Prancis dan Jerman tetap mendukung Kyiv, tetapi dengan penekanan yang makin besar pada diplomasi dan “ekspektasi realistis”. 

Baca Juga: Rusia Ancam Balas jika Asetnya di Eropa Digunakan untuk Biayai Ukraina

Sementara Polandia dan negara Baltik mendorong penggunaan aset beku, negara-negara besar lain seperti Jerman, Prancis, dan Italia mengambil sikap jauh lebih hati-hati—bahkan meminta Ukraina mengalokasikan dana itu khusus untuk membeli senjata Eropa, syarat yang ditolak Kyiv.

Keengganan Eropa makin terasa seiring perkembangan medan perang yang tidak menguntungkan Ukraina. Kota penting Pokrovsk kini dikepung, pasukan Rusia bergerak maju di Huliaipole, sementara infrastruktur energi Ukraina terus dihancurkan serangan drone.

Dalam konteks ini, aset beku tidak lagi dipandang sebagai bantuan, tetapi sebagai bargaining chip strategis. Menggunakannya sekarang berarti memasang taruhan besar pada kemenangan Ukraina. Menundanya memberi ruang manuver jika perang berakhir buntu atau Rusia justru unggul.

Pada 2022, dukungan untuk Ukraina adalah narasi moral. Menjelang akhir 2025, ia berubah menjadi pertimbangan risiko.

Penundaan bukan sekadar ketidaktegasan—melainkan strategi. Eropa sedang menjaga fleksibilitas: jika Ukraina kembali unggul, aset itu bisa dilepas dengan alasan kuat. Jika tidak, Eropa menghindari sorotan sebagai pihak yang gagal mempertaruhkan miliaran euro untuk hasil yang sia-sia.

Keputusan akhir terkait aset ini diperkirakan muncul pada Desember. Namun sekalipun disetujui, ada kemungkinan besar dana akan dicairkan bertahap dan terikat pada perkembangan di medan perang. Ukraina, pada akhirnya, tetap tersandera kalkulasi geopolitik antara Barat dan Rusia.

Baca Juga: Rusia Melancarkan Serangan Drone Terbesar ke Ukraina, AS dan NATO Bereaksi

Uni Eropa belum meninggalkan Ukraina, tetapi jelas tengah mengurangi eksposur risikonya. Banyak pemimpin Eropa tampaknya tak lagi yakin Ukraina bisa menang—meski mereka enggan mengucapkannya.

Apa pun keputusan soal aset beku, prospek Ukraina tetap suram kecuali kedua pihak menemukan cara menurunkan ketegangan. Tidak ada solusi sempurna yang tersisa. Tantangan Eropa kini adalah memilih opsi yang paling sedikit membawa kerusakan, di antara begitu banyak pilihan yang sama-sama tidak ideal.

Selanjutnya: Apa Peringatan Hari Besar 18 November? Ada Hari Sawit hingga Vasektomi Sedunia

Menarik Dibaca: Naik Lagi ke Level 8.414, IHSG Kembali Mendekati Level Tertinggi (17/11)




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×