kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ukraina Rayakan Hari Kemenangan dan Hari Persatuan Eropa di Tengah Invasi Rusia


Minggu, 08 Mei 2022 / 18:59 WIB
Ukraina Rayakan Hari Kemenangan dan Hari Persatuan Eropa di Tengah Invasi Rusia


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bangsa Ukraina menyempatkan diri memperingati hari kemenangan atas Nazisme dalam Perang Dunia II yang berlanjut dengan Hari Persatuan Eropa. Tahun ini kedua perayaan begitu bermakna karena Ukraina tengah membebaskan diri dari upaya penjajahan Rusia.

Perang Dunia II di Eropa pecah, salah satunya akibat perseteruan ambisi pemimpin Jerman Adolf Hitler yang berhaluan fasisme dan diktator komunis Uni Sovyet Joseph Stalin. Sedikitnya 60 juta orang tewas hingga akhirnya Nazi Jerman menyerah pada 8 Mei dan Perang Dunia II resmi berakhir.

Sementara 9 Mei diperingati sebagai Hari Eropa untuk mengenang Deklarasi Schuman, Menteri Luar Negeri Prancis yang pada 9 Mei 1950 mengusulkan hubungan damai antar negara Eropa. Saat itu Schuman merintis industri batu bara dan baja antara Prancis dan Jerman Barat.

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menuturkan seperti halnya Hari Raya Paskah bagi umat Kristen dan Idul Fitri bagi warga Muslim Ukraina, hari kemenangan atas Nazisme dalam Perang Dunia II dan Hari Persatuan Eropa digelar dalam suasana keprihatinan.

Baca Juga: Presiden Putin Kirim Peringatan Hari Kiamat ke Barat, Perang Nuklir bakal Pecah?

“Seluruh dunia menjadi saksi, Ukraina menjadi korban kelemahan, ketakutan, serta keragu-raguan masyarakat internasional pada saat itu akhirnya mendorong Rusia yang dipimpin diktator Vladimir Putin menjalankan ambisi dan kejahatan melalui agresi militer,” ujarnya dalam keterangannya, Minggu (8/5).

Delapan dekade telah berlalu dan kini, lanjutnya, namun Rusia membuat Eropa harus kembali dipaksa menuju jurang perang global. “Hari ini, umat manusia harus menerima dan menyadari ketidakmampuannya untuk mengingat pengalaman pahit dan belajar dari sejarah Perang Dunia II.”

Pada tahun 1939-45, bangsa Ukraina berjuang bersama dengan koalisi anti-Hitler Tentara Merah, Tentara Pemberontak Ukraina, milisi Sekutu Barat, pasukan gerilya, juga gerakan bawah tanah dan berkontribusi besar dalam meraih kemenangan atas Nazisme. 

Tanah Ukraina, yang telah dilanda perang sebanyak dua kali, menjadi salah satu medan yang perang yang banyak memakan korban akibat penjajahan fasis Nazi maupun represi yang dilakukan komunis Uni Sovyet. 

Presiden Ukraina saat ini, Volodymyr Zelenskyy merupakan cucu dari penyintas kamp konsentrasi fasis Nazi. Tiga adik dari kakek Presiden Zelenskky diketahui tewas akibat holocaust. Sementara di masa Uni Sovyet, ribuan warga minoritas Muslim tewas dalam kamp yang dibangun pemerintah tangan besi komunis.  

“Dua masa tersebut membuat bangsa Ukraina sangat memahami akibat negatif dari perang dan represi. Dan sama seperti masa-masa sebelumnya, Ukraina berperang melawan agresor Rusia. Perjuangan kami ini telah berlangsung selama delapan tahun,” tegasnya

Baca Juga: Putin Minta Maaf ke Israel Menyusul Ucapan Menlu Rusia Bahwa Hitler Keturunan Yahudi

Seperti halnya perjuangan bangsa Indonesia membebaskan diri dari penjajahan, Ukraina dengan seluruh daya upaya hingga titik darah penghabisan tidak boleh ditaklukan Rusia yang menindas kebebasan, peradaban, demokrasi dan nilai-nilai kemanusiaan global.

“Jika 80 tahun lalu Ukraina melawan Nazisme, maka kali ini musuh yang harus dihadapi adalah RASCHISME yakni fasisme dan nasionalisme imperial versi Vladimir Putin yang terbukti melakukan banyak pelanggaran serupa Adolf Hitler,” tuturnya.

Organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) nasional dan internasional telah mendapati banyak bukti tindak penjarahan, pembunuhan secara massal, pemerkosaan, perampok, penyiksaan, dan menerapkan kebijakan kerja paksa berikut menyiksa anak-anak dan perempuan. 





[X]
×