Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. YouTube telah memperbarui pedoman monetisasi program YouTube Partner Program (YPP) guna menindak tegas konten yang dianggap “tidak otentik” atau “diproduksi massal.”
Pembaruan yang mulai berlaku pada 15 Juli 2025 ini kini dijelaskan lebih lanjut oleh pihak YouTube setelah muncul kekhawatiran dari para kreator mengenai dampaknya terhadap kelayakan monetisasi.
Perubahan Istilah: Dari "Repetitif" Menjadi "Tidak Otentik"
Mengutip socialmediatoday, dalam pernyataan resminya, YouTube menyebut bahwa perubahan kebijakan ini bertujuan untuk lebih memahami dan menindak konten yang tidak otentik, yaitu:
“Channel yang mengunggah cerita naratif dengan hanya sedikit perbedaan di antara video-video tersebut, dan channel yang mengunggah slideshow dengan narasi yang sama berulang-ulang.”
Baca Juga: Australia dan YouTube Berselisih soal Larangan Medsos Anak di Bawah 16 Tahun
Artinya, fokus utama YouTube adalah pada konten yang terlihat seperti salinan langsung dari video lain, tanpa adanya perbedaan signifikan dalam narasi atau penyajian. Konten seperti ini dinilai tidak memberikan nilai tambah, baik dari sisi edukasi maupun hiburan.
YouTube Creator Liaison, Rene Ritchie, menambahkan bahwa istilah "konten repetitif" kini diganti menjadi "konten tidak otentik" untuk lebih menekankan sifat kontennya yang diproduksi secara massal atau menduplikasi karya orang lain.
Monetisasi Konten Tetap Dimungkinkan, Asal...
YouTube juga menegaskan bahwa perubahan ini tidak berlaku untuk konten yang digunakan ulang (re-used content) secara kreatif. Konten dari platform lain atau video repost tetap bisa dimonetisasi asalkan ada tambahan nilai orisinalitas, seperti:
-
Komentar atau narasi tambahan
-
Modifikasi visual atau narasi
-
Konteks edukatif atau hiburan yang jelas
Dengan kata lain, selama seorang kreator menyumbang sesuatu yang baru dan bermakna dalam video tersebut, maka peluang untuk memonetisasi tetap terbuka.
Baca Juga: Walt Disney dan Youtube Kini Berseteru, Ini yang Menjadi Biang Keroknya
Bagaimana dengan Konten AI?
Banyak spekulasi menyebut bahwa pembaruan ini adalah langkah YouTube untuk menindak konten buatan AI. Namun, YouTube secara eksplisit menyatakan bahwa konten berbasis AI bukanlah fokus utama dari pembaruan kali ini.
“YouTube menyambut penggunaan AI untuk mendukung storytelling kreatif. Konten yang menggunakan AI tetap dapat dimonetisasi selama mematuhi kebijakan kami dan disertai dengan penandaan yang sesuai,” ujar pihak YouTube.
Namun demikian, YouTube diketahui telah mengambil tindakan terhadap sejumlah channel yang mengunggah trailer film palsu hasil AI, terutama yang melanggar hak kekayaan intelektual. Meski belum ada kebijakan baru khusus terkait konten AI tersebut, pembaruan kali ini tidak mencakup area tersebut secara langsung.