Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - CHAKDAHA. Sekitar 500 keluarga di desa Mosra-Nabapally di Chakdaha, Nadia, India merasa takut keluar rumah setelah malam datang. Kondisi ini dipicu oleh meningkatnya populasi ular berbisa, yang dikenal sebagai kalas, di daerah tersebut.
Mengutip The Telegraph India, ular kalas telah menggigit lebih dari selusin orang baru-baru ini. Bahkan dari kejadian tersebut, ada tiga orang yang meninggal dunia, termasuk seorang siswa Kelas VI.
Apa itu kalas? Kalas merupakan ular yang sangat berbisa dan bekerja sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam. Ular ini memiliki warna coklat tua dan memiliki cincin putih di sekujur tubuhnya. Yang perlu diketahui, ular kalas bergerak lamban di siang hari dan menjadi aktif di malam hari.
Penduduk desa Mosra-Nabapally mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir mereka telah membunuh lebih dari 50 ular kalas. Namun risikonya tidak berkurang.
Penduduk desa mengaku bahwa mereka telah meminta bantuan dari departemen kehutanan kabupaten setempat, namun belum dapat menemukan solusi.
Alhasil, warga desa memilih untuk mengurung diri di dalam rumah mereka rumah setiap hari setelah malam tiba.
Baca Juga: Ular banyak bermunculan saat musim hujan, ini yang harus dilakukan jika kena gigit
“Situasi ini sungguh tidak tertahankan karena sepertinya kita hidup bersama ular. Saat kegelapan mulai turun, kalas sering terlihat di jalan desa kami. Menjadi sangat berisiko bagi kami untuk mengakses wilayah yang gelap," kata Rikita Roy, siswa Kelas XII yang baru-baru ini kehilangan adik perempuannya karena gigitan ular.
Dia menambahkan, “Kekhawatirannya adalah siswa seperti saya berhenti mengikuti les pada malam hari.”
Sementara itu, Paresh Biswas, warga Mosra-Nabapally mengatakan, dirinya dan warga lain berusaha menyelesaikan pekerjaan penting mereka sebelum matahari terbenam sehingga kami tidak perlu pergi ke luar rumah saat malam.
“Tetapi rumah-rumah juga tidak aman dari kalas. Ular-ular itu menyelinap ke dalam rumah, kandang sapi, dan tumpukan hasil panen kami, membuat hidup kami sengsara. Pada malam hari, ular tersebut menjadi aktif dan sering merayap di tempat tidur dan menggigit orang yang sedang tidur,” tambahnya.
Baca Juga: Waspada fenomena penyebaran ular di Jakarta saat musim hujan, jangan panik!
Anggota Chakdaha Biggyan o Sanskritik Sanstha (CBSS), sebuah organisasi ilmiah yang menangani topik, antara lain, kesadaran akan berbagai jenis ular, baru-baru ini mengunjungi desa tersebut dan membicarakan masalah ini dengan pemerintah setempat.
Mereka menyarankan petugas kehutanan melepaskan ular sakhamuti (ular krait) di kawasan tersebut, yang tidak terlalu berbisa dan dapat membunuh kalas.
“Melepaskan ular sakhamuti, yang tidak terlalu berbisa tetapi merupakan musuh kalas, dapat menjadi cara untuk melenyapkan kalas. Kami telah meminta otoritas kehutanan untuk mempertimbangkan usulan kami,” jelas Bibartan Bhattacharjee dari CBSS.
“Belum ada laporan kematian manusia akibat gigitan sakhamuti. Masyarakat perlu tahu bahwa ular ini merupakan ancaman bagi kalas,” kata Bhattacharya.