Sumber: Euronews | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - BRUSSELS. Komisi Eropa pada hari Kamis (11/3) merilis laporan yang menyebut bahwa Uni Eropa hingga saat ini telah mendistribusikan hingga 34 juta dosis vaksin Covid-19 ke lebih dari 30 negara di dunia.
Dilansir dari Euronews, Uni Eropa telah mengesahkan lebih dari 249 permintaan ekspor ke 31 negara selama enam minggu terakhir, jumlahnya lebih dari 34 juta dosis.
Komisi Eropa melaporkan bahwa hanya ada satu permintaan yang tidak diberikan. Kasus ini kemungkinan mengacu pada pada keputusan pemerintah Italia untuk memblokir ekspor sekitar 250.000 dosis AstraZeneca ke Australia.
Baca Juga: Australia dan Meksiko tegaskan tetap menggunakan vaksin Covid-19 AstraZeneca
Inggris jadi negara penerima vaksin terbanyak dengan 9,1 juta dosis. Diikuti oleh Kanada (3,9 juta), Meksiko (3,1 juta), Jepang (2,7 juta), Arab Saudi (1,4 juta), Hong Kong (1,3 juta), dan Singapura (1 juta).
Meskipun terlihat memiliki banyak pasokan vaksin buatan sendiri, Uni Eropa menerima banyak kritik karena dinilai terlalu lambat melakukan vaksinasi untuk 27 negara anggotanya.
Euronews mencatat, hanya 10% dari 450 juta populasi Uni Eropa yang sudah menerima setidaknya satu dosis vaksin.
Program vaksinasi Uni Eropa dimulai pada akhir Desember lalu dengan menggunakan tiga jenis vaksin, yakni Pfizer-BioNTech, AstraZeneca-Oxford, dan Moderna.
Baca Juga: BPOM perlu kaji lagi vaksin Covid-19 AstraZeneca, ini alasannya
Sayangnya pada bulan Januari lalu Pfizer dan AstraZeneca mengurangi pengiriman ke Uni Eropa untuk meningkatkan fasilitas manufaktur mereka. Keputusan ini mendapat teguran keras dari Uni Eropa karean dua perusahaan tersebut dianggap melanggar kesepakatan.
Pfizer kemudian berjanji untuk tetap menghormati kontraknya dan juga meningkatkan pengiriman yang direncanakan untuk kuartal kedua.
Langkah tersebut diikuti oleh Moderna yang juga telah mengumumkan akan meningkatkan jumlah dosis yang akan diberikannya kepada Uni Eropa tahun ini.
Perusahaan terakhir, yakni AstraZeneca, sayangnya memprediksi bahwa mereka hanya bisa memberi setengah dari 80 juta dosis yang dijanjikan dalam tiga bulan pertama tahun ini. Mereka juga mengumumkan bahwa target untuk kuartal kedua akan meleset.