Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - LONDON. Keputusan Komisi Eropa untuk menerapkan tarif pada kendaraan listrik impor asal China dapat berdampak luas bagi produsen mobil Eropa.
Pasalnya, kemungkinan terjadinya perang dagang tidak hanya akan merugikan bisnis mereka di China, tetapi juga impor mobil buatan China.
Mengutip Reuters, produsen mobil Jerman khususnya, akan mengalami banyak kerugian di China. Dan pengumuman pada hari Rabu (12/6/2024) oleh Komisi Uni Eropa membuat mereka resah dan gelisah.
Bahkan CEO BMW Oliver Zipse menggambarkan kebijakan tersebut sebagai "cara yang salah".
Pengenaan tarif kendaraan listrik buatan China hingga 38,1% – setara dengan miliaran euro – akan diberlakukan mulai bulan Juli 2024.
Namun hal ini tidak akan menghalangi produsen mobil China untuk mengekspor ke Eropa karena mereka dapat menyerap biaya tambahan dan tetap memperoleh keuntungan.
Sebagian besar produsen mobil China tetap tak bersuara setelah tarif diumumkan. Akan tetapi produsen kendaraan listrik Nio mengatakan bahwa meskipun mereka menentang keputusan tersebut, komitmennya terhadap pasar kendaraan listrik di Eropa tetap akan berjalan.
Baca Juga: Beijing Meradang, Uni Eropa Jegal Mobil Listrik China dengan Kenaikan Tarif
Selain itu, BYD dan Chery dari China juga telah mengumumkan rencana untuk memproduksi mobil di Eropa.
Will Roberts, kepala penelitian otomotif di Rho Motion, mengatakan bahwa meskipun produsen mobil Tiongkok memiliki ruang untuk menyerap tarif, ujian sebenarnya dari pengumuman kali ini adalah apakah Beijing akan membalas dengan cara yang sama.
“Produsen Eropa masih bergantung pada pasar Tiongkok, sehingga penurunan keuntungan dari negara-negara Timur hanya akan memperlambat kemampuan mereka untuk melakukan transisi secara efektif ke kendaraan listrik," tambahnya.
Ini telah menjadi permainan berisiko tinggi bagi para produsen mobil Jerman.
Baca Juga: Uni Eropa Kenakan Tarif Tambahan Hingga 38% untuk Mobil Listrik China